Indonesia Menuju Swasembada Protein Hewani

- Jurnalis

Minggu, 15 September 2019 - 19:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

iFAKTA.CO, JAKARTA – Upaya pemenuhan protein hewani bagi masyarakat,  terus digenjot. Ragam jenis hewannya pun banyak. Untuk itu, Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian terus mendorong masyarakat mendorong produksi dalam negeri. Caranya? Antara lain dengan terus meningkatkan produksi ternak serta memberikan ragam pilihan protein hewani bagi masyarakat.

“Masyarakat Indonesia memiliki banyak pilihan, seperti daging ayam ras dan lokal, daging bebek, telur ayam ras, daging kambing/domba, dan juga daging sapi/kerbau. Hampir semuanya kita sudah swasembada, dan potensi untuk diekspor. Khusus untuk daging sapi/kerbau target swasembada kita adalah tahun 2026,” ungkap I Ketut Diarmita, Dirjen PKH, Kementan (14/09/2019).

Sebagai contoh, data Ditjen PKH sampai bulan ini, potensi kebutuhan daging ayam ras tahun 2019 (Januari-Desember) adalah sebesar 3.251.745 ton atau rata-rata 270.979 ton/bulan, sedangkan potensi produksi daging ayam ras tahun 2019 (Januari – Desember) sebesar 3.829.663 ton atau rata-rata 319.139 ton/bulan. Dari data tersebut terdapat potensi surplus sebanyak 577.918 ton atau 17.77% selama periode 2019. 

Khusus daging sapi/kerbau, Ketut menjelaskan untuk mewujudkan swasembada daging sapi/kerbau, Kementan telah melaksanakan program terobosan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB), penambahan sapi indukan, pengembangan sapi Belgian Blue dan sapi Wagyu, yang didukung dengan upaya peningkatan status kesehatan hewan, penjaminan keamanan pangan asal ternak, skim pembiayaan, investasi dan asuransi ternak.

Secara nasional program Upsus Siwab sejak tahun 2017 hingga saat ini, menunjukkan realisasi yang sangat mengembirakan, yaitu Inseminasi Buatan/IB dengan realisasi 10.548.530 ekor akseptor atau 105,49 % dari target 10 juta ekor akseptor, kebuntingan sebanyak 5.498.695 ekor atau 76,37% dari target 7,2 juta kebuntingan; dan kelahiran sebanyak 4.140.916 ekor atau 71,89% dari target 5.760.000 ekor. 

Lebih lanjut Ketut menjelaskan bahwa untuk mewujudkan swasembada, Program Kedua adalah penambahan sapi indukan Brahman Cross pada tahun 2015, 2016, dan 2018. Sekitar 8.985 ekor sapi Brahman Cross telah di distribusikan ke 16 Provinsi di seluruh Indonesia (Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur).

“Upaya lain kita dengan percepatan peningkatan populasi sapi dan kerbau yaitu dengan Program Pengendalian Betina Produktif. Kami bekerjasama dengan Baharkam Polri,”tegas Ketut. Hal ini penting mengingat pemotongan betina produktif tercatat cukup tinggi setiap tahunnya. Sebelum tahun 2017, angka pemotongan betina produktif ada di atas 22 ribu ekor. 

“Tahun 2018 angka ini dapat ditekan menjadi 12.209 atau menurun 47,10% dibanding tahun 2017. Sementara pada hingga Agustus 2019 tercatat angka pemotongan sapi betina produktif masih cukup rendah diangka 7.268 ekor” tambah Ketut.

Pengembangan Ras Sapi Baru

Upaya lain pemerintah untuk percepatan swasembada daging, menurut Ketut dengan pengembangan sapi ras baru, yaitu Belgian Blue. Langkah ini dengan supervisi para ahli, akademisi serta praktisi di bidang perbibitan, bahkan dengan MoU Perguruan Tinggi untuk program percepatan pengembangan tersebut. Ketut berharap pada 2019 akan lahir sebanyak 1.000 ekor sapi Belgian Blue. “Penting bagi kami semua pihak memiliki presepsi dan pandangan yang sama terkait kebijakan pemerintah tersebut. Semua demi kepentingan nasional,” pungkasnya.

Menurut Ketut saat ini tingkat konsumsi daging di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan tingkat konsumsi per kapita dari 4 negara ASEAN lain seperti Malaysia, Thailand, Philippina, dan Viet Nam yang bersama Indonesia memiliki memiliki tingkat konsumsi daging mencapai 4,5 kg/kapita. Konsumsi per kapita Indonesia berada di bawah rata-rata dengan hanya 2,6 kg/kapita. Dengan tingkat konsumsi per kapita sekarang, kontribusi Indonesia terhadap total konsumsi daging sapi di ASEAN hanya mencapai 48%, sementara penduduk Indonesia merupakan yang terbanyak di ASEAN hingga 69%. Hal ini menjadi peluang untuk meningkatkan gairah industri peternakan di Indonesia. (jpp/amy)

Berita Terkait

Wakil Walikota Prabumulih Terima Delegasi Tiga Negara, Indonesia-Malaysia-Thailand
Butuh Penopingan, Pohon Tepi Jalan Menjadi Ancaman Keselamatan Pengguna Jalan
FBR G 0315 Buaya Buntung, Gelar Santunan Yatim Piatu Sekaligus Pengajian
Kapolres Nganjuk Hadiri Upacara Peringatan Hardiknas 2025
May Day 2025: Prabowo Janji Ratifikasi Konvensi ILO demi Lindungi Pekerja Laut
Tim Penggerak PKK  Pinang Gelar Pertemuan Rutin di Aula Kelurahan Pinang
Polres Nganjuk Gercep Gagalkan Potensi Kerusuhan Oleh Konvoi Segerombolan Pemuda
Aksi Nyata Ketahanan Pangan Dari Ayam Petelur, Lele hingga Perkebunan, Kodim 0432/Basel Tunjukkan Aksi Nyata Ketahanan Pangan

Berita Terkait

Rabu, 7 Mei 2025 - 15:46 WIB

Wakil Walikota Prabumulih Terima Delegasi Tiga Negara, Indonesia-Malaysia-Thailand

Selasa, 6 Mei 2025 - 07:23 WIB

Butuh Penopingan, Pohon Tepi Jalan Menjadi Ancaman Keselamatan Pengguna Jalan

Selasa, 6 Mei 2025 - 00:58 WIB

FBR G 0315 Buaya Buntung, Gelar Santunan Yatim Piatu Sekaligus Pengajian

Jumat, 2 Mei 2025 - 19:25 WIB

Kapolres Nganjuk Hadiri Upacara Peringatan Hardiknas 2025

Kamis, 1 Mei 2025 - 19:28 WIB

May Day 2025: Prabowo Janji Ratifikasi Konvensi ILO demi Lindungi Pekerja Laut

Berita Terbaru

Oplus_131072

Berita Daerah

Dinas Kominfo Prabumulih Jadi Sorotan Terkesan Kangkangi Aturan

Senin, 12 Mei 2025 - 09:57 WIB