Poto: Larsono dan Istri
ifakta.co, Jakarta – Ujang Larsono (68), adalah seorang peserta PBI APBN yang tinggal di daerah Lagoa, Jakarta Utara.
Pada suatu waktu, istrinya Ujang, Warmi dihimbau oleh pak RT untuk mengambil Kartu Indonesia Sehat di Puskesmas Lagoa.
Mereka merasa senang, karena memang itulah yang paling dibutuhkan saat ini. Khususnya dibutuhkan oleh Ujang, yang mengidap penyakit penyempitan pada jantungnya.
“Penyakit saya ini sudah lama, tapi dulu itu diawali penyakit asma. Berobat di puskesmas, dokternya bilang kalau asma itu bisa merembet kalau tidak ke paru-paru ya ke jantung. Benar ternyata, pada akhirnya merembet ke penyakit jantung. Saya sudah empat kali dirawat di rumah sakit karena penyempitan di jantung,” cerita Ujang, beberapa hari lalu.
Kondisinya sekarang tidak bisa ke kamar mandi sehingga kalau mau buang air harus disediakan tempat. Dan mandi pun harus di mandikan, karena jika Ujang berdiri terlalu lama, dadanya akan menyesak.
Dirinya harus menerima kondisinya karena memang usianya pun sudah memasuki senja. Melihat Ujang yang terengap-engap, Warmi menggantikan suaminya menceritakan bahwa mereka baru saja pulang dari rumah sakit dua minggu lalu.
“Bapak ini nyesek awalnya, lalu saya sama anak-anak segera bawa ke UGD rumah sakit. Dan ditangani langsung dengan diuap untuk membantu pernapasannya. Sepuluh hari dirawat, konsultasi jantung, rekam jantung, dan untuk semua itu kita tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Kecuali ongkos dari rumah ke rumah sakit. Bersyukur banget kami,” katanya.
Padahal sebelumnya pada tahun 2014 sebelum menjadi peserta JKN-KIS, Ujang juga dirawat selama seminggu dan harus membayar kurang lebih 3 (tiga) juta rupiah. Ditambah lagi dengan menebus obat seharga 800.000 rupiah.
“Aduh ya Allah, nyesek begini saya sangat sedih sekali nyerinya tidak tahan. Kalau keadaan seperti ini keinginannya sehat saja. Tapi Subhanallah ada program JKN-KIS yang meringkankan, ya Alhamdulillah sangat meringankan sekali. Saya inginnya program ini ada terus ya, kalau tidak ada, darimana saya dapat biaya untuk berobat penyakit saya yang biayanya mahal. Saya tidak kerja sudah tidak bisa apa-apa, dan istri saya hanya membuka warung kecil di depan rumah supaya bisa sekaligus merawat saya,” pungkasnya dengan terharu. (My)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT