JAKARTA, IFAKTA.CO | Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) kembali menegaskan komitmennya dalam menangani penyebaran COVID-19 di tahun 2025. Meskipun situasi pandemi telah resmi dinyatakan berakhir oleh WHO pada pertengahan 2023. Melalu surat edaran SR.03.01/C/1422/2025 Kemenkes tetap waspada terhadap potensi lonjakan kasus, terutama akibat subvarian baru virus SARS-CoV-2 yang masih terus bermutasi.
Dalam konferensi pers yang digelar hari ini di Jakarta, Juru Bicara Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, menyampaikan bahwa upaya vaksinasi tetap menjadi prioritas. “Vaksinasi booster kedua dan ketiga masih terus digencarkan untuk kelompok rentan seperti lansia, penderita komorbid, serta tenaga kesehatan,” ujar dr. Nadia. Ia juga menambahkan bahwa pemerintah telah mendistribusikan lebih dari 5 juta dosis vaksin COVID-19 generasi terbaru yang telah disesuaikan dengan varian terkini.
Selain vaksinasi, Kemenkes juga memperkuat sistem surveilans berbasis komunitas dan fasilitas layanan kesehatan primer untuk mendeteksi dan merespons gejala infeksi pernapasan akut (ISPA) yang bisa terkait dengan COVID-19. “Kami menerapkan strategi sentinel surveillance di 34 provinsi untuk mengawasi kemungkinan transmisi lokal,” jelas dr. Nadia.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Terkait data terkini, hingga awal Juni 2025, tercatat adanya peningkatan ringan kasus harian di beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Bali, namun sebagian besar pasien mengalami gejala ringan dan tidak memerlukan perawatan intensif. “Kesiapan rumah sakit tetap siaga. BOR (bed occupancy rate) nasional untuk ruang isolasi dan ICU COVID-19 masih di bawah 10 persen,” tambahnya.
Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga protokol kesehatan secara bijak, terutama di ruang publik yang padat. Kemenkes juga mengajak warga untuk tidak panik namun tetap waspada, serta segera memeriksakan diri jika mengalami gejala flu berat.
“COVID-19 kini telah menjadi penyakit yang dapat dikendalikan, tetapi bukan berarti kita boleh lengah,” tegas dr. Nadia.
Kemenkes juga menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta perguruan tinggi dalam pemantauan genomik dan pengembangan vaksin dalam negeri sebagai bagian dari kemandirian farmasi nasional.
Dengan upaya berkelanjutan ini, pemerintah berharap masyarakat Indonesia dapat hidup berdampingan dengan COVID-19 secara aman dan sehat di era pascapandemi. (Jo)Kemenkes Tegaskan Komitmen Tangani COVID di 2025. Vaksinasi Booster dan Surveilans Terus Diperkuat.
Jakarta, 11 Juni 2025 — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) kembali menegaskan komitmennya dalam menangani penyebaran COVID-19 di tahun 2025. Meskipun situasi pandemi telah resmi dinyatakan berakhir oleh WHO pada pertengahan 2023. Melalu surat edaran SR.03.01/C/1422/2025 Kemenkes tetap waspada terhadap potensi lonjakan kasus, terutama akibat subvarian baru virus SARS-CoV-2 yang masih terus bermutasi.
Dalam konferensi pers yang digelar hari ini di Jakarta, Juru Bicara Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, menyampaikan bahwa upaya vaksinasi tetap menjadi prioritas. “Vaksinasi booster kedua dan ketiga masih terus digencarkan untuk kelompok rentan seperti lansia, penderita komorbid, serta tenaga kesehatan,” ujar dr. Nadia. Ia juga menambahkan bahwa pemerintah telah mendistribusikan lebih dari 5 juta dosis vaksin COVID-19 generasi terbaru yang telah disesuaikan dengan varian terkini.
Selain vaksinasi, Kemenkes juga memperkuat sistem surveilans berbasis komunitas dan fasilitas layanan kesehatan primer untuk mendeteksi dan merespons gejala infeksi pernapasan akut (ISPA) yang bisa terkait dengan COVID-19. “Kami menerapkan strategi sentinel surveillance di 34 provinsi untuk mengawasi kemungkinan transmisi lokal,” jelas dr. Nadia.
Terkait data terkini, hingga awal Juni 2025, tercatat adanya peningkatan ringan kasus harian di beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Bali, namun sebagian besar pasien mengalami gejala ringan dan tidak memerlukan perawatan intensif. “Kesiapan rumah sakit tetap siaga. BOR (bed occupancy rate) nasional untuk ruang isolasi dan ICU COVID-19 masih di bawah 10 persen,” tambahnya.
Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga protokol kesehatan secara bijak, terutama di ruang publik yang padat. Kemenkes juga mengajak warga untuk tidak panik namun tetap waspada, serta segera memeriksakan diri jika mengalami gejala flu berat.
“COVID-19 kini telah menjadi penyakit yang dapat dikendalikan, tetapi bukan berarti kita boleh lengah,” tegas dr. Nadia.
Kemenkes juga menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta perguruan tinggi dalam pemantauan genomik dan pengembangan vaksin dalam negeri sebagai bagian dari kemandirian farmasi nasional.
Dengan upaya berkelanjutan ini, pemerintah berharap masyarakat Indonesia dapat hidup berdampingan dengan COVID-19 secara aman dan sehat di era pascapandemi.
(Jo)