IFAKTA.CO | Presiden Prancis Emmanuel Macron tiba di Jakarta pada Selasa malam, 27 Mei 2025, dalam rangka kunjungan kenegaraan ke Indonesia yang berlangsung hingga 29 Mei 2025. Kedatangan Macron disambut oleh Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Menteri Luar Negeri Sugiono, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma. Dalam sambutannya, Macron menyatakan kegembiraannya kembali mengunjungi Indonesia, menyebut negara ini sebagai “indah” dan menekankan hubungan strategis serta persahabatannya dengan Presiden Prabowo Subianto .
Hari ini, Rabu, 28 Mei 2025, Macron dijadwalkan bertemu dengan Presiden Prabowo di Istana Merdeka, Jakarta. Agenda pertemuan mencakup pembahasan kerja sama strategis di bidang pertahanan dan ekonomi. Sejak menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo telah menandatangani sejumlah kesepakatan besar dengan Prancis, termasuk pembelian 42 jet tempur Rafale senilai $8,1 miliar pada 2022, dua kapal selam Scorpene pada 2024, dan 13 radar pengawasan udara dari Thales pada 2023. Namun, hingga kini belum ada jet Rafale yang dikirim, dengan enam unit pertama dijadwalkan tiba awal 2026 .
Selain isu pertahanan, kerja sama ekonomi juga menjadi fokus utama. Macron membawa CEO perusahaan tambang Prancis, Eramet, yang berencana membahas izin pertambangan nikel di Weda Bay dan peluang investasi dalam rantai pasok baterai bersama dana kekayaan negara Indonesia, Danantara. Indonesia, sebagai produsen nikel terbesar dunia, baru-baru ini membatasi kuota produksi, yang berdampak pada perusahaan seperti Eramet .
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Setelah pertemuan dengan Prabowo, Macron dijadwalkan mengunjungi Akademi Militer di Magelang dan Candi Borobudur pada Kamis, 29 Mei 2025. Kunjungan ke Borobudur merupakan permintaan pribadi Macron, dan ia akan didampingi oleh Presiden Prabowo selama kunjungan tersebut .
Kunjungan ini merupakan bagian dari tur Macron ke Asia Tenggara, setelah sebelumnya mengunjungi Vietnam dan sebelum melanjutkan perjalanan ke Singapura. Tujuan utama dari tur ini adalah memperkuat posisi Prancis dan Uni Eropa sebagai mitra yang dapat diandalkan di kawasan Indo-Pasifik, terutama dalam menghadapi ketegangan geopolitik antara AS dan Tiongkok .