IFAKTA.CO | Industri semen Indonesia menghadapi tekanan signifikan dalam beberapa tahun terakhir akibat overcapacity, ketatnya persaingan harga, serta pelemahan permintaan dalam negeri. Namun, pada tahun 2024–2025, sinyal pemulihan mulai terlihat, terutama dari dua emiten besar, yakni. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
Ketatnya Persaingan Harga Masih banyak pemain kecil yang menjual di bawah harga pasar untuk mengejar volume, yang mempersulit pemulihan ASP (Average Selling Price).
Fluktuasi Harga Energi dan Batu Bara Sebagai komponen utama biaya produksi, volatilitas harga batu bara memengaruhi marjin, meskipun beberapa perusahaan telah beralih ke energi alternatif.
Dengan fundamental yang mulai menguat, dorongan belanja infrastruktur, dan upaya efisiensi yang konsisten, outlook untuk SMGR dan INTP pada 2025–2026 dinilai positif. Keduanya diperkirakan akan menjadi pemain kunci dalam mendukung percepatan pembangunan nasional.
Faktor Pendorong Pemulihan :
- Peningkatan Proyek Infrastruktur dan Properti Pemerintah kembali menggencarkan proyek strategis nasional (PSN) dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), yang menjadi katalis positif terhadap permintaan semen.
- Efisiensi dan Digitalisasi Operasional Baik SMGR maupun INTP berfokus pada efisiensi biaya produksi dan distribusi. SMGR, melalui transformasi digital dan integrasi logistik, mampu menekan cost to serve, sedangkan INTP mengoptimalkan kapasitas pabrik dan fokus pada pangsa pasar premium.
- Kinerja Keuangan yang Mulai Membaik Laporan keuangan kuartal pertama 2025 menunjukkan pertumbuhan laba bersih dan marjin EBITDA yang menguat, menandakan efektivitas strategi efisiensi dan mulai pulihnya permintaan domestik.
(FA)