Ifakta.co – Demam stablecoin kini tengah melanda dunia pembayaran global, menandai pergeseran besar dalam cara perusahaan ritel dan teknologi mendekati transaksi digital. Dua raksasa ritel Amazon dan Walmart dilaporkan semakin aktif mengeksplorasi penggunaan stablecoin sebagai bagian dari strategi inovasi sistem pembayaran mereka.
Stablecoin, yakni aset digital yang nilainya dipatok ke mata uang fiat seperti dolar AS, menawarkan kestabilan harga yang menjadikannya menarik untuk transaksi sehari-hari, berbeda dari volatilitas tinggi pada kripto seperti Bitcoin atau Ethereum. Dalam ekosistem pembayaran yang terus berkembang, stablecoin menjanjikan efisiensi, biaya rendah, dan kecepatan penyelesaian transaksi lintas batas.
Amazon dikabarkan telah membentuk tim internal yang fokus pada aset digital dan mata uang kripto, dengan tujuan mengevaluasi potensi integrasi stablecoin dalam platform e-commerce mereka. Inisiatif ini dianggap sebagai langkah strategis Amazon dalam memperluas kapabilitas fintech-nya, sekaligus mempersiapkan diri menghadapi kompetisi dari pemain teknologi keuangan lainnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, Walmart menunjukkan keseriusannya melalui paten dan kemitraan teknologi, bahkan sempat mengeksplorasi penerbitan stablecoin sendiri untuk digunakan dalam jaringan ritelnya. Dengan jutaan pelanggan yang melakukan transaksi setiap hari, Walmart melihat stablecoin sebagai cara untuk memperkuat inklusi keuangan dan menghadirkan efisiensi biaya, terutama di pasar negara berkembang.
Adopsi stablecoin oleh dua nama besar ini mengindikasikan bahwa mata uang digital berbasis blockchain bukan lagi milik komunitas kripto semata, melainkan telah memasuki arus utama sistem keuangan dan perdagangan global. Jika tren ini terus berkembang, masa depan pembayaran digital bisa sangat berbeda dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang—lebih cepat, lebih murah, dan lebih terdesentralisasi. (Jo)