JAKARTA, IFAKTA.CO – SMP Kristoforus tengah menjadi sorotan setelah terungkap adanya perbuatan asusila di sekolah tersebut pada bulan November 2024 lalu. Kejadian ini menarik perhatian orangtua siswa yang merasa khawatir akan lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi “rumah kedua” bagi anak-anak mereka, namun dinilai tidak memberikan pelayanan yang baik.
Anwar, Kepala Sekolah SMP Kristoforus, mengonfirmasi peristiwa tersebut saat ditemui oleh awak media. Ia menjelaskan bahwa pihak sekolah telah melakukan pengecekan dengan memanfaatkan rekaman CCTV untuk memastikan apakah benar terjadi perbuatan asusila atau tidak.
Anwar menyebutkan bahwa ada beberapa laporan yang diterima terkait kejadian tersebut dan tim sekolah telah memverifikasi video CCTV untuk memastikan apakah tindakan yang terjadi termasuk pelecehan seksual atau sekadar permainan yang dilakukan oleh siswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami memang masih meragukan apakah ini termasuk pelecehan seksual atau bukan, karena kami belum memiliki kapasitas untuk memastikan hal tersebut. Anak-anak yang terlibat mengatakan bahwa ini adalah sebuah permainan,” ungkap Anwar.
Menurut Anwar, permainan yang dimaksud melibatkan tindakan di mana seorang siswa memegang kaki teman lainnya dan melakukan gerakan yang tidak wajar di bagian tubuh yang sensitif. Ia menambahkan bahwa meskipun pihak sekolah menganggap ini sebagai permainan, namun pihaknya tetap memprosesnya dengan serius.
Josephine, perwakilan orangtua siswa, mengungkapkan kekhawatirannya terkait masalah komunikasi yang buruk antara pihak sekolah dan orangtua. Ia menilai bahwa masalah ini sudah berlarut-larut dan mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Josephine menuntut agar pihak yayasan segera memberikan pertanggungjawaban atas kejadian ini dan menunjukkan kompetensi dalam mengelola sekolah.
“Terjadi miss komunikasi yang sudah terlalu berlarut-larut, sehingga mengganggu KBM. Kami menuntut pertanggungjawaban yayasan untuk menunjukkan kompetensinya dalam mengelola sekolah,” ujar Josephine.
Josephine juga mengapresiasi respons Ketua Pembina Dewan Yayasan yang telah memberikan penjelasan dan berjanji untuk melakukan evaluasi terhadap pengurus sekolah. Namun, ia mengkritik adanya bypass prosedural yang memperburuk masalah.
Tuntutan orangtua, kata Josephine, antara lain adalah mengembalikan posisi Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah, serta guru mata pelajaran yang dimutasi. Selain itu, orangtua meminta agar tindakan tegas diambil terhadap siswa yang terduga melakukan perbuatan pelecehan seksual yang disamarkan dengan permainan. Mereka juga mendesak evaluasi terhadap pengurus yayasan.
Josephine menegaskan bahwa mereka tidak memilih jalur terapi yang lembut, melainkan menuntut agar prosedur diikuti dengan benar demi keberlanjutan pendidikan yang aman, nyaman, dan terlindungi bagi anak-anak.
“Kami akan terus sabar, tetapi kami berharap agar masalah ini diselesaikan dengan prosedur yang baik dan benar. Kami juga sudah mendapatkan perlindungan dari PSI (Partai Solidaritas Indonesia) dan Komisi Kesejahteraan dan Perlindungan Anak dan Wanita yang sudah turun tangan,” tutupnya.
Ke depannya, orangtua berharap agar pihak sekolah dan yayasan segera mengambil langkah-langkah yang lebih jelas dan tegas untuk mengatasi masalah ini demi kepentingan bersama, terutama bagi keselamatan dan kenyamanan anak-anak di lingkungan sekolah.
kepssk juga menawarkan sejumlah rupiah agar wartawan tidak memblow up masalah ini.