BALI – Ketua MPR RI sekaligus Pembina Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI) Bambang Soesatyo akan menggelar lomba free fly burung paruh bengkok memperebutkan Piala Ketua MPR RI di Bali pada Maret 2022. Selain,
mendorong masyarakat serta komunitas penggemar burung paruh bengkok agar senantiasa menggalakan kegiatan penangkaran. Sehingga tidak hanya merawat burung paruh bengkok yang sudah ada, melainkan juga turut mengembangbiakannya sesuai ketentuan yang berlaku agar keberadaan berbagai jenis burung paruh bengkok yang ada di Indonesia tetap lestari.
“Indonesia merupakan rumah bagi sekitar 1.539 jenis burung yang di dunia, salah satunya burung paruh bengkok. Dari sekitar 403 jenis burung paruh bengkok yang ada di dunia, 81 jenis diantaranya hidup di Indonesia. Jika tidak dirawat dan dilestarikan, bisa jadi akan punah. Mengingat populasi mereka di alam liar semakin berkurang akibat perburuan liar maupun rusaknya penebangan liar terhadap berbagai jenis pohon habitat asli mereka,” ujar Bamsoet usai menerima komunitas penggemar burung paruh bengkok yang bisa dilepas untuk terbang, Rony Suharto Ketua Bali Free Fly dan Gde Widi Ketua Dewata Free Fly di Bali, Rabu (29/12/21).
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, dalam kunjungannya ke Black Stone Beach, komunitas penggemar burung paruh bengkok yang bisa dilepas untuk terbang menampilkan beberapa jenis burung yang mereka pelihara. Antara lain Macaw Scarlet, Blue and Gold, Catalina, Scarve, Patagonian, dan Sun Corner.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Meskipun kaya dengan berbagai jenis satwa seperti burung paruh bengkok, namun Indonesia juga dikenal sebagai negara yang memiliki daftar panjang satwa liar yang terancam punah. Menurut The International Union for Conservation of Nature (IUCN) dalam laporannya pada tahun 2003, terdapat 147 jenis mamalia, 114 jenis burung, 28 jenis reptil, 91 jenis ikan, dan 28 jenis invertebrata yang berada dalam alam Indonesia yang terancam punah,” jelas Bamsoet.
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menerangkan, IUCN juga melaporkan sebagian besar jenis-jenis burung paruh bengkok masuk dalam daftar burung yang rentan terhadap kepunahan. Menurut laporan BirdLife, langkanya burung paruh bengkok di alam disebabkan oleh kerusakan habitat (50 persen), tekanan gabungan antara perburuan dan kerusakan habitat (10 persen), perburuan (5 persen), perdagangan (3 persen), habitat yang sempit disertai populasi yang rendah (16 persen) , dan sebab lain yang tidak diketahui (16 persen).
“Agar keberadaan burung paruh bengkok semakin lestari, perlu peran serta dari masyarakat seperti yang tergabung dalam komunitas penggemar burung paruh bengkok yang bisa dilepas untuk terbang. Keberadaan mereka sebagai perawat, pelestari, sekaligus pengedukasi masyarakat, menjadikan anak cucu kita kedepannya masih bisa menyaksikan keanekaragaman burung paruh bengkok di Indonesia,” pungkas Bamsoet.
(Rinto)