iFAKTA.CO, PEKANBARU – Kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau semakin membutuhkan penanganan terpadu dari berbagai pihak.
Presiden kembali menggelar Rapat Terbatas (Ratas), terkait Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau, Pekanbaru, Senin (16/09/2019).
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, usai Ratas tersebut langsung memantau langsung Posko Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Karhutla Riau di Lanud Rusmin Noerjadin Pekanbaru, Riau.
Dikatakan Kepala BPPT bahwa pihaknya terus berfokus melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di provinsi Riau ini, yang dilaksanakan oleh Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT, guna memadamkan titik api akibat kebakaran hutan dan lahan.
Hammam juga menuturkan bahwa, Presiden RI Joko Widodo saat memberikan pengarahan pada Ratas Penanganan Karhutla, meminta agar hotspot yang tersebar di banyak daerah, mulai dari Riau hingga beberapa Provinsi rawan karhutla lain di Sumatera dan Kalimantan itu segera dipadamkan.
Lebih lanjut, Kepala BPPT juga mengungkap, BPPT sudah melakukan operasi TMC di Riau ini sejak Juli lalu. Namun menurutnya, tim BPPT terkendala operasional jumlah pesawat yang hanya 1 unit saja pada awalnya.
“Dukungan armada pesawat untuk Operasi TMC hanya berjumlah satu unit. Sementara wilayah target operasi kami meliputi seluruh Riau,” jelasnya.
Satupesawat tersebut katanya, telah terbang sebanyak 47 sorti atau setara dengan 93 jam 54 menit jam terbang. Hingga pada tanggal 11 dan 14 September kemarin, datang bantuan pesawat dari TNI AU, yang tiba di Lanud Pekanbaru.
“Pada tanggal 11 September datang pesawat milik TNI AU CN 212-200 A-2108, yang telah melakukan 3 kali sorti penerbangan sejak 12 September.
Sementara pesawat CN-295 TNI AU A-2901, baru tiba pada 14 September,” paparnya. Untuk itu Hammam meminta dukungan agar semua pihak semakin bersinergi positif, dan terus berkoordinasi dalam melakukan langkah pencegahan agar hotspot tidak meluas.
“Kami disinipun terus berkoordinasi dengan pihak BNPB, BMKG, TNI serta pemangku kepentingan lainnya yang terkait,” katanya.
Hammam pun menghimbau agar kedepan, upaya pencegahan karhutla lebih dapat diantisipasi secara optimal. “Tidak sekedar fire fighting, operasi teknologi modifikasi cuaca harus diperhitungkan sebagai kegiatan yang berdampak ekonomi, memperhitungkan keselamatan dan kesehatan masyarakat akibat kabut asap,” jelasnya.
Hal penting menurut Hammam adalah edukasi kepada masyarakat, agar tidak lagi membakar lahan.
“Saya rasa masyarakat juga perlu diikutsertakan dalam upaya mencegah Karhutla terjadi kedepan, mereka harus mendapatkan sosialisasi terkait cara membuka lahan tanpa membakar, serta betapa pentingnya menjaga hutan dan lahan,” pungkasnya. (jpp/pendi)