TANGERANG, ifakta.co – Pada tahun ajaran 2025/2026, SD Negeri Sidoko 1 menetapkan langkah baru dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat secara mental, berkarakter, serta memiliki etika sosial yang baik. Sejalan dengan visi sekolah sebagai tempat tumbuhnya pribadi yang berdaya juang tinggi, berbagai pembiasaan positif mulai diterapkan secara bertahap dan berkelanjutan. Salah satu fokus utama tahun ini adalah membangun mental tangguh siswa melalui kedisiplinan waktu, sikap sopan, dan perilaku santun dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan tersebut dimulai dari aktivitas pagi. Sekolah mendorong siswa untuk membudayakan kedatangan tepat waktu, bahkan dianjurkan hadir 30 menit sebelum pembelajaran dimulai. Kehadiran lebih awal bukan sekadar rutinitas, tetapi latihan kedisiplinan yang menanamkan kesadaran bahwa waktu harus dihargai. Dengan datang lebih awal, siswa dapat menyiapkan diri, menata perlengkapan, dan memulai pembelajaran dengan kondisi mental yang lebih siap. Langkah kecil ini diharapkan menjadi awal bagi perubahan besar dalam pola belajar dan karakter mereka.
Selain itu, SD Negeri Sidoko 1 mengembangkan program pembinaan karakter bernama SADUTA (Sapa Salam Dua Tangan). Program ini menjadi simbol keramahan dan rasa hormat antargenerasi. Melalui SADUTA, siswa dilatih menyapa guru dan warga sekolah dengan salam hangat sambil berjabat dua tangan secara sopan. Kebiasaan ini diharapkan membentuk budaya sekolah yang ramah dan penuh nilai-nilai luhur, yang dapat melekat hingga mereka dewasa. SADUTA bukan sekadar gerakan, tetapi jembatan emosional yang mempererat hubungan siswa dengan lingkungan sekolah.
Iklan

Kepala SD Negeri Sidoko 1, Edi Cahyadinata, menegaskan bahwa keberhasilan pembentukan karakter tidak dapat dicapai tanpa kerja sama antara sekolah dan masyarakat. Ia mengajak orang tua, tokoh masyarakat, dan warga sekitar untuk bersama-sama memantau pelaksanaan disiplin waktu serta etika SADUTA di lingkungan masing-masing. Menurutnya, pendidikan tidak hanya berlangsung di kelas, tetapi juga di rumah dan di lingkungan tempat anak-anak tumbuh.
Ia juga membuka ruang sebesar-besarnya bagi masyarakat untuk memberikan masukan apabila masih ditemukan kekurangan dalam pelaksanaan kedisiplinan maupun penerapan etika SADUTA. “Sekolah tidak mungkin berdiri sendiri,” ujarnya. “Kami membutuhkan mata dan hati masyarakat sebagai sahabat perjalanan pendidikan.”
Dengan semangat kolaborasi, SD Negeri Sidoko 1 optimistis bahwa pembiasaan positif ini akan menjadi bagian dari karakter siswa. Ibarat benih yang disiram setiap hari, disiplin waktu dan sikap santun akan berakar kuat dan tumbuh menjadi kepribadian yang kokoh. Harapannya, siswa SD Negeri Sidoko 1 tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki etika, mental yang kuat, serta kemampuan membawa kebaikan ke mana pun mereka berada.
(Sb-Alex)


