JAKARTA – masih banyaknya masyarakat yang belum memahami tentang resiko penularan.
HIV dan AIDS secara benar, maka Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) mengadakan Training untuk Jurnalis, tentang “Peran Jurnalis Dalam Pemberitaan Terkait Isu HIV dan AIDS”.
Dalam training 2 hari tersebut OPSI mengundang perwakilan dari Kemenkes RI dan 30 peserta dari beragam kalangan, Jurnalis, Orang Populasi Kunci, Orang Dengan HIV. Acara digelar di Jakarta Pusat, pada hari Kamis – Jum’at (23-24/6/22).
Menurut Dr. Rian permana dari Perwakilan Kementerian Kesehatan RI, Orang Yang berperilaku beresiko , mempunyai risiko lebih tinggi dari orang biasa untuk terpapar HIV/AIDS . Kemudian tidak menyadari status HIV nya sehingga Perilaku beresiko berpotensi menularkan HIV/AIDS ke orang lain,dengan penularan yang tidak mudah untuk menular selain dengan hubungan perilaku beresiko.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dokter Rian menerangkan Orang yang beresiko tinggi untuk terpapar HIV/AIDS dimana orang tersebut bisa terkena Infeksi Menular Seksual atau IMS. IMS merupakan penyakit yang diakibatkan adanya hubungan seksual, baik melalui seks vaginal, anal, ataupun oral.
Populasi rentan HIV/AIDS terdiri dari populasi kunci dan populasi non kunci .
“Seperti Wanita Pekerja Sexual (WPS), Lelaki Sex Lelaki (LSL), Transgender, Pengguna Napza Suntik (Penasun), dan Warga Binaan Permasyarakatan (WBP),” kata Dr Rian.
Sedangkan Populasi Non Kunci adalah Orang yang melakukan perilaku sex beresiko bisa tanpa sadar terpapar HIV/AIDS.
Hasil pemodelan dengan Asian Epidemic Model (AEM), menunjukkan 70% dari jumlah Orang dengan HIV/AIDS berasal dari populasi Non kunci (non key population).
“Populasi Non Kunci yaitu ibu hamil, pasien TBC, pasangan Orang Dengan HIV/AIDS, orang dengan Hepatitis, orang yang datang kelayanan dengan tanda gejala penurunan kekebalan daya tahan tubuh ,” tambah Dokter Rian.
Pihak penyelenggara, OPSI adalah kepanjangan dari Organisasi Perubahan Sosial Indonesia, yang bergerak dibidang Advokasi ( human right) terkait isu kesetaraan gender dan hak-hak komunitas populasi kunci dalam informasi HIV dan AIDS.
Diharapkan di tahun ,2030 diharapkan sudah menjadi Endemi setatusnya.Program yang di canangkan Pemerintah dan OPSI di dalam nya mendukung hal tersebut. bersama pemerintah dalam hal ini Departemen kementrian Kesehatan adalah treatment 95/95/95. 95-95-95 adalah tiga target yang ingin dicapai dalam menuju target Ending AIDS. 95% orang dengan HIV mengetahui statusnya, 95% Orang dengan HIV mendapatkan pengobatan ARV dan 95% ODHIV ON ARV dimana virus HIV-AIDS tersupresi.
“Kita ingin teman-teman jurnalis ikut berperan dalam informasi tentang ODHA, Karena masih banyaknya berita miring tentang penularan HIV/AIDS dimasyarakat ” kata JC.
Dalam keterangannya Kemenkes RI akan terus aktif melakukan promotif yaitu meliputi:
a. iklan layanan masyarakat;
b. kampanye penggunaan kondom pada setiap hubungan seks berisiko dan penularan penyakit;
c. promosi kesehatan bagi remaja dan dewasa muda;
d. peningkatan kapasitas dalam promosi pencegahan penyalahgunaan Napza dan penularan HIV kepada tenaga kesehatan, tenaga non kesehatan yang terlatih;
e. program promosi kesehatan lainnya.