BEIJING, ifakta.co — Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan Tiongkok pada Jumat (25/7) memperingatkan bahwa suhu tinggi yang ekstrem dan kondisi kekeringan diperkirakan akan melanda sejumlah wilayah negara itu dalam beberapa pekan mendatang. Cuaca ekstrem ini dinilai berpotensi mengganggu produksi biji-bijian musim gugur, yang merupakan salah satu komponen penting dalam ketahanan pangan nasional.

Dalam pernyataan resminya, kementerian menyebutkan bahwa wilayah utama penghasil tanaman musim gugur seperti jagung dan kedelai di bagian utara dan tengah Tiongkok — termasuk Hebei, Henan, Shandong, dan sebagian wilayah timur laut — dapat mengalami tekanan iklim akibat minimnya curah hujan dan peningkatan suhu secara signifikan.

“Situasi meteorologis saat ini perlu diawasi dengan cermat. Suhu tinggi dan kekeringan yang berkepanjangan dapat mempercepat penguapan air tanah dan memperlambat pertumbuhan tanaman,” demikian disampaikan pihak kementerian.

Iklan

Sebagai langkah antisipatif, pemerintah pusat telah menginstruksikan otoritas lokal untuk meningkatkan pemantauan cuaca, memperkuat sistem irigasi darurat, serta menyediakan panduan teknis bagi petani agar kerugian dapat diminimalkan.

Musim gugur merupakan musim tanam kunci bagi Tiongkok, dengan biji-bijian seperti jagung menyumbang sebagian besar dari total hasil tahunan. Gangguan terhadap musim ini dikhawatirkan dapat berdampak pada inflasi harga pangan dan memicu tekanan pasokan domestik, terutama di tengah ketidakpastian pasar global.

Pemerintah Tiongkok sebelumnya juga telah memperkuat cadangan pangan dan mendorong diversifikasi sumber pasokan untuk mengantisipasi gangguan cuaca ekstrem yang makin sering terjadi akibat perubahan iklim.

Dengan latar belakang tersebut, pengawasan terhadap perkembangan cuaca dan kesiapan logistik pertanian akan menjadi faktor kunci dalam menjaga stabilitas produksi pangan Tiongkok di sisa tahun ini. (Jo)