JAKARTA, ifakta.co – Dalam lanskap keuangan global yang semakin kompleks dan dinamis, para investor global terus mencari alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Salah satu mata uang yang semakin menonjol dalam strategi diversifikasi ini adalah euro, mata uang bersama dari 20 negara anggota zona euro.

Sebagai mata uang kedua terbesar di dunia berdasarkan volume transaksi dan cadangan devisa, euro menawarkan stabilitas, likuiditas tinggi, dan dukungan dari salah satu blok ekonomi terbesar dunia, Uni Eropa. Keberadaan Bank Sentral Eropa (ECB) yang independen dan komitmen fiskal dari negara-negara anggotanya memperkuat persepsi investor terhadap euro sebagai aset yang relatif aman, terutama di tengah ketidakpastian global seperti ketegangan geopolitik, kebijakan proteksionis AS, atau volatilitas pasar di negara berkembang.

Tren de-dolarisasi yang mulai muncul di sejumlah kawasan. Baik di Asia, Timur Tengah, maupun Amerika Latin juga membuka ruang lebih luas bagi euro untuk mengambil porsi lebih besar dalam cadangan devisa global, perdagangan internasional, dan penyusunan portofolio investasi. Investor institusional, termasuk bank sentral dan dana pensiun, mulai meningkatkan eksposur terhadap aset berdenominasi euro, baik dalam bentuk obligasi pemerintah, saham, maupun instrumen derivatif.

Iklan

Selain itu, euro juga menarik bagi investor yang memperhatikan aspek keberlanjutan. Uni Eropa merupakan pionir dalam regulasi hijau dan pembiayaan berkelanjutan, dengan pasar obligasi hijau yang terus berkembang pesat. Hal ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi euro di tengah meningkatnya kesadaran akan investasi yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial.

Meski demikian, tantangan tetap ada, termasuk risiko politik internal Eropa, perbedaan kebijakan fiskal antar negara anggota, serta ketidakpastian dalam dinamika hubungan transatlantik. Namun secara keseluruhan, posisi euro sebagai alternatif utama bagi investor global yang ingin melakukan diversifikasi dari dolar AS terus menguat, seiring perubahan arah ekonomi global menuju sistem keuangan yang lebih multipolar. (Jojo)