BANDA ACEH, ifakta.co – Banjir besar yang melanda Aceh pada 25–26 November 2025 tidak hanya merusak infrastruktur transportasi, tetapi juga melumpuhkan aktivitas ekonomi di sejumlah kabupaten/kota. Terputusnya akses jalan nasional membuat masyarakat tidak dapat menjangkau pasar, memicu kelangkaan logistik, BBM, gas elpiji 3 kg, hingga bahan pangan penting.
Dampak ini dirasakan tidak hanya oleh warga yang rumahnya terendam, tetapi juga masyarakat yang tidak terkena banjir.
Minimnya suplai menyebabkan kebutuhan pokok hilang dari pasaran dalam waktu singkat, menimbulkan kekhawatiran akan potensi kelaparan serentak pasca banjir, mengingat stok logistik daerah terus menipis akibat lumpuhnya Jalur Nasional Sumatra.
Iklan
Di lapangan, warga juga melaporkan adanya permainan harga oleh oknum pedagang yang memanfaatkan situasi darurat. Kondisi ini memperburuk beban masyarakat di tengah krisis.
Harga Kebutuhan Pokok Melonjak Tajam
Hingga Minggu (30/11/2025), harga sejumlah komoditas dilaporkan melonjak drastis di berbagai wilayah terdampak. Data masyarakat mencatat kenaikan ekstrem sebagai berikut:
Telur ayam: satu sangkak mencapai Rp100.000
Gas elpiji 3 kg: naik hingga Rp60.000 per tabung
Beras: satu sak menembus Rp400.000
Cabai merah: mencapai Rp300.000 per kg
Cabai rawit: Rp200.000 per kg
Lonjakan harga ini terjadi sejak Sabtu hingga Minggu (30/11), seiring dengan keterlambatan distribusi barang dari luar daerah akibat jalur logistik yang terputus.
Seruan Kebijakan Tegas Pemerintah Aceh
Masyarakat mendesak Pemerintah Aceh mengambil tindakan cepat dan tegas untuk menstabilkan harga serta memastikan distribusi logistik berjalan kembali.
Jika dibiarkan, kenaikan harga diprediksi bisa meningkat lebih fantastis dan menimbulkan dampak sosial yang lebih luas, terutama bagi keluarga terdampak bencana.
Selain itu, warga juga meminta agar pengiriman logistik dilakukan secara berkelanjutan (continue) mengingat aktivitas ekonomi lumpuh total.
Gubernur: Aceh Butuh Bantuan Internasional
Melihat skala kerusakan dan kesulitan logistik, Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), mengisyaratkan perlunya dukungan lebih besar dari luar negeri.
Dalam keterangannya di Lanud Sultan Iskandar Muda pada Sabtu (29/11/2025), Gubernur menyebut banjir kali ini oleh sebagian pihak telah dianggap sebagai “Tsunami Jilid 2” karena dampaknya yang sangat luas dan melumpuhkan sendi kehidupan masyarakat.
Pemerintah Aceh saat ini tengah memprioritaskan pemulihan akses transportasi dan koordinasi dengan pemerintah pusat, termasuk potensi masuknya bantuan internasional untuk pemulihan cepat.
(Amin)



