JAKARTA, Ifakta.co | Di balik kemajuan teknologi dan rasionalitas zaman modern, misteri alam ghaib masih menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Dari ujung Sumatera hingga Papua, cerita tentang makhluk tak kasat mata terus hidup dalam berbagai bentuk penampakan, gangguan mistis, hingga pengalaman spiritual yang tak dapat dijelaskan oleh logika manusia.
Salah satu kisah terbaru datang dari kawasan pedesaan di Jawa Tengah. Warga setempat digemparkan oleh kemunculan sosok bayangan hitam besar yang melintas di kebun bambu setiap malam Jumat. âKami tidak melihat jelas, tapi bau melati dan suara langkah berat itu selalu muncul menjelang tengah malam,â ujar Sulastri (46), warga sekitar yang kerap mengalami kejadian ganjil itu.
Fenomena tersebut bahkan sempat direkam oleh seorang pemuda menggunakan kamera ponsel. Namun, rekaman itu justru memperlihatkan hal aneh bayangan besar yang melintas di balik pepohonan, diikuti oleh suara erangan pelan. Sejak saat itu, warga memilih tidak melintas di area tersebut selepas Isya.
Iklan
Ahli metafisika, Dr. Arman Sudrajat, menjelaskan bahwa fenomena seperti ini tidak selalu harus dianggap takhayul. âAlam ghaib memiliki frekuensi dan dimensi berbeda. Kadang, pada momen tertentu, dimensi itu bisa âbersinggunganâ dengan dunia manusia. Maka terjadilah interaksi yang kita sebut sebagai penampakan,â ujarnya dalam wawancara, Sabtu (18/10/2025).
Menurut catatan lama yang ditemukan di arsip desa, lokasi tersebut dahulu merupakan tempat pertapaan seorang tokoh spiritual yang dikenal memiliki ilmu tinggi. Warga meyakini, energi spiritual di tempat itu masih tersisa hingga kini.
Meski banyak yang skeptis, masyarakat tetap menjaga sikap hormat terhadap hal-hal yang tak terlihat. âBagi kami, antara dunia nyata dan ghaib itu hanya dibatasi oleh keyakinan,â tambah Sulastri lirih.
Misteri alam ghaib memang tidak pernah benar-benar hilang dari peradaban. Ia seperti bayangan tak kasat mata, namun selalu hadir di antara cahaya kehidupan manusia. Seperti ungkapan lama yang diwariskan turun-temurun :
âYang tak terlihat bukan berarti tiada, sebab kadang yang gaib lebih nyata dari yang kasat mataâ
(FA)



























