NEW YORK, IFAKTA.CO | Harga minyak mentah turun tajam sekitar 5% pada hari Selasa, menyentuh level terendah dalam beberapa minggu terakhir, seiring meningkatnya ekspektasi pasar terhadap kemungkinan tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran. Perkembangan ini meredakan kekhawatiran akan gangguan pasokan energi dari kawasan Timur Tengah yang selama ini menjadi faktor utama penggerak harga.
Kontrak berjangka Brent untuk pengiriman bulan Agustus turun lebih dari $4 per barel, diperdagangkan di kisaran $78, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun ke sekitar $74 per barel. Penurunan ini menandai pelemahan harian terbesar sejak Maret lalu.
Pelaku pasar menyambut positif laporan diplomatik terbaru yang menunjukkan kemajuan signifikan dalam upaya perundingan antara kedua negara yang selama ini terlibat ketegangan tinggi. Jika gencatan senjata benar-benar tercapai, risiko eskalasi militer yang dapat mengancam jalur distribusi minyak, seperti Selat Hormuz, akan berkurang.
“Sentimen risiko geopolitik yang sempat mendongkrak harga minyak kini mulai surut. Investor mulai menghitung ulang premi risiko yang selama ini telah tercermin dalam harga,” kata seorang analis energi dari sebuah lembaga riset pasar di London.
Selain faktor geopolitik, pasar juga memperhatikan prospek permintaan global dan pasokan dari negara-negara produsen utama. Dengan konflik yang mereda, perhatian investor kini beralih kembali ke fundamental pasar seperti data permintaan dari China dan perkembangan kebijakan produksi OPEC+.
Meskipun demikian, sejumlah analis memperingatkan bahwa situasi di kawasan masih bersifat dinamis dan rapuh. Ketidakpastian yang masih tinggi berarti volatilitas harga minyak kemungkinan akan tetap menjadi ciri utama dalam waktu dekat.
(FA)