Frankfurt, ifakta.co – Prospek pertumbuhan ekonomi zona euro pada tahun 2026 diperkirakan akan menguat, seiring langkah-langkah stimulus fiskal dari Jerman dan pemotongan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa (ECB). Kombinasi kedua kebijakan ini dinilai akan menjadi katalis penting dalam mengangkat aktivitas ekonomi di kawasan yang sempat tertekan akibat stagnasi dan tekanan geopolitik.
Pemerintah Jerman, sebagai ekonomi terbesar di Eropa, baru-baru ini mengumumkan paket stimulus fiskal yang berfokus pada investasi infrastruktur hijau, insentif energi terbarukan, serta dukungan untuk sektor industri strategis. Stimulus ini diproyeksikan akan meningkatkan permintaan domestik dan mendorong ekspor intra-Eropa, memberikan efek limpahan (spillover effect) ke negara-negara anggota zona euro lainnya.
Di sisi moneter, ECB telah memangkas suku bunga acuannya dalam upaya mendorong pinjaman dan konsumsi. Kebijakan pelonggaran ini dilakukan menyusul penurunan inflasi yang cukup signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dengan biaya pinjaman yang lebih rendah, sektor swasta diharapkan akan meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan kerja baru.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Analis ekonomi dari berbagai institusi keuangan menyatakan optimisme terhadap proyeksi pertumbuhan. “Kombinasi kebijakan fiskal proaktif dari Jerman dan sikap dovish ECB menjadi landasan penting untuk pemulihan yang berkelanjutan di Eropa,” ujar Marta Leclerc, ekonom senior di European Policy Institute.
Namun demikian, sejumlah tantangan tetap mengintai, termasuk ketidakpastian global, dampak jangka panjang konflik di Timur Tengah, dan ketahanan sektor perbankan. Meski begitu, outlook jangka menengah untuk zona euro tampak lebih menjanjikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Jika stimulus berjalan efektif dan transmisi kebijakan moneter tetap lancar, zona euro berpeluang mencatat pertumbuhan PDB tahunan yang lebih kuat pada 2026—bahkan melampaui proyeksi sebelumnya yang berada di kisaran 1,2–1,5%.
Dengan langkah-langkah strategis ini, kawasan euro tampaknya siap bangkit dari fase stagnasi dan memasuki periode pemulihan ekonomi yang lebih solid.
(Jojo)