Teheran – Tel Aviv, ifakta.co – Konflik di Timur Tengah kembali memanas. Iran melancarkan serangan besar ketiga terhadap Israel dalam rangkaian eskalasi militer yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Serangan ini terjadi hanya dua hari setelah serangan besar kedua yang mengguncang wilayah utara Israel.
Kementerian Pertahanan Iran menyatakan bahwa serangan terbaru ini merupakan “tanggapan balasan terhadap aksi-aksi militer Israel yang melanggar kedaulatan dan kedaulatan regional.” Iran mengklaim telah meluncurkan puluhan rudal balistik dan drone yang menyasar sejumlah instalasi militer strategis Israel, termasuk pangkalan udara dan pusat komando.
Sementara itu, militer Israel (IDF) mengonfirmasi adanya serangan udara dari Iran dan menyebut sebagian besar proyektil telah berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome dan David’s Sling. Namun, beberapa serangan dilaporkan mengenai wilayah Galilea dan Negev, menyebabkan kerusakan ringan dan beberapa korban luka.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Juru bicara IDF mengatakan bahwa Israel akan “merespons secara proporsional dan tegas terhadap setiap ancaman terhadap rakyatnya.” Perdana Menteri Israel juga telah menggelar pertemuan darurat dengan Dewan Keamanan Nasional untuk membahas langkah-langkah berikutnya.
Serangan ketiga ini menandai eskalasi paling serius sejak pecahnya konflik terbuka antara kedua negara pada awal Juni 2025. Ketegangan bermula dari dugaan serangan Israel terhadap fasilitas militer Iran di Suriah, yang kemudian dibalas Iran secara langsung ke wilayah Israel.
PBB dan berbagai negara besar dunia menyerukan de-eskalasi segera. Amerika Serikat mendesak Iran dan Israel untuk menahan diri, sementara Rusia dan Tiongkok memperingatkan bahwa konflik berkepanjangan bisa merembet ke seluruh kawasan Timur Tengah.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri juga mengecam aksi kekerasan kedua pihak dan mendesak penyelesaian damai melalui jalur diplomatik.
Pasar minyak global mengalami lonjakan harga akibat kekhawatiran terganggunya distribusi energi dari kawasan Teluk. Di sisi lain, ketegangan ini juga mulai memicu kekhawatiran akan krisis kemanusiaan jika konflik terus berlanjut dan merambat ke negara-negara tetangga.
(Jojo)