Kesejahteraan Tinggi, Solidaritas Rendah: Tantangan PGRI di Era Modern

- Jurnalis

Jumat, 16 Mei 2025 - 22:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Edi Cahyadinata, S.Pd,M.M pengurus PGRI Kabupaten Tangerang.Tantangan PGRI di era modern (foto:istimewa)

Edi Cahyadinata, S.Pd,M.M pengurus PGRI Kabupaten Tangerang.Tantangan PGRI di era modern (foto:istimewa)

TANGERANG, ifakta.co – Dalam beberapa tahun terakhir, profesi guru di sejumlah daerah telah mengalami peningkatan kesejahteraan yang signifikan. Melalui tunjangan sertifikasi, insentif daerah, dan program-program peningkatan kualitas pendidikan, banyak guru kini menikmati taraf hidup yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Namun, di balik capaian itu, muncul tantangan baru yang tak kalah penting: menurunnya solidaritas dan soliditas di kalangan guru, termasuk dalam wadah organisasi PGRI.

  1. Kemakmuran yang Mengikis Semangat Kolektif

PGRI sejak dulu dikenal sebagai wadah perjuangan para guru, tempat menyuarakan hak dan martabat profesi pendidik. Namun, ketika sebagian besar anggota mulai menikmati kesejahteraan, semangat kolektif perlahan memudar. Banyak guru merasa cukup dengan kenyamanan pribadinya, dan tidak lagi merasa perlu aktif dalam kegiatan organisasi atau memperjuangkan nasib rekan-rekannya yang belum seberuntung mereka.

  1. Kesenjangan Internal di Kalangan Guru

Kesejahteraan yang tinggi sering kali tidak merata. Ada guru-guru ASN bersertifikasi yang hidup nyaman, sementara guru honorer atau GTT masih berjuang dengan penghasilan minim. Ketika kelompok guru yang lebih sejahtera enggan bersolidaritas atau bahkan acuh terhadap perjuangan kolektif, PGRI kehilangan kekuatannya sebagai organisasi yang solid dan representatif.

  1. Minimnya Partisipasi dalam Organisasi

Banyak guru yang saat ini memandang PGRI hanya sebagai simbol administratif, bukan wadah perjuangan. Kehadiran dalam rapat, kegiatan sosial, atau advokasi organisasi dianggap sekadar formalitas. Padahal, keberhasilan organisasi seperti PGRI sangat bergantung pada keterlibatan aktif seluruh anggotanya. Tanpa partisipasi, tidak akan ada kekuatan.

  1. Individualisme dalam Dunia Pendidikan

Peningkatan kesejahteraan sering kali membawa perubahan gaya hidup. Guru lebih fokus pada pengembangan pribadi, kegiatan sampingan, atau pencapaian individu. Hal ini membuat nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang dulu kuat di kalangan pendidik mulai terpinggirkan. Padahal, pendidikan adalah kerja kolektif yang membutuhkan semangat kolaborasi, bukan kompetisi.

  1. Membangun Kembali Jiwa Kolektif PGRI

Situasi ini menjadi peringatan bagi kita semua, terutama pengurus dan anggota PGRI. Kesejahteraan adalah capaian yang patut disyukuri, namun tanpa diiringi dengan jiwa solidaritas dan komitmen terhadap sesama guru, organisasi akan kehilangan makna dan kekuatannya. Saatnya menghidupkan kembali semangat solidaritas, menyatukan suara, dan memastikan bahwa PGRI tetap menjadi rumah besar perjuangan guru dari semua lapisan.

Baca juga :  Respon Cepat Kelompok Sehat Bersama Program Wakil Bupati Tangerang Kroscek Rehabilitasi Puskesmas Desa Sidoko

Penutup

Kesejahteraan yang tinggi seharusnya menjadi modal untuk memperkuat persatuan, bukan alasan untuk menjauh dari perjuangan kolektif. Bagi PGRI dan seluruh guru Indonesia, tantangan ke depan bukan hanya memperjuangkan hak, tapi juga merawat semangat kebersamaan yang menjadi roh dari profesi pendidik itu sendiri.

Baca juga :  Kapolri-Mentan Panen Raya Jagung di Bone, Dukung Program Ketahanan Pangan Nasional

(Sb-Alx)
Sumber : Edy Cahyadinata, S.Pd. M.M
Pengurus PGRI Kab.Tangerang

Berita Terkait

Realisasi BOSDA Tahap I 2025, SDN Sidoko 1 Lakukan Rehab Dua Ruang Kelas
SD Negeri Sidoko 1 Gelar Kegiatan Rutinitas Belajar Sholat di Halaman Sekolah
Konfirmasi dan Klarifikasi Lembaga MB-PKRI, MTsN 1 Prabumulih
Lembaga MB-PKRI CADSENA Akan Layangkan Surat Ke – Dua Dugaan Pungli Komite MTsN 1 Prabumulih
Dugaan MTsN Prabumulih Lakukan Pungutan Untuk Pembangun WC Terus Berkembang di Masyarakat
Pungutan Liar (Pungli) Di MtsN Prabumulh Kembali Mencuat
Diduga Akibat Korsleting Listrik Gudang Sekolah SDN 1 Drenges Terbakar, Kerugian Capai Puluhan Juta Rupiah
Bupati Nganjuk Segera Terbitkan SE Terkait Larangan Kegiatan Wisuda dan Study Tour Untuk Siswa TK, SD dan SMP

Berita Terkait

Jumat, 16 Mei 2025 - 19:01 WIB

Realisasi BOSDA Tahap I 2025, SDN Sidoko 1 Lakukan Rehab Dua Ruang Kelas

Jumat, 16 Mei 2025 - 14:57 WIB

SD Negeri Sidoko 1 Gelar Kegiatan Rutinitas Belajar Sholat di Halaman Sekolah

Kamis, 24 April 2025 - 14:17 WIB

Konfirmasi dan Klarifikasi Lembaga MB-PKRI, MTsN 1 Prabumulih

Senin, 21 April 2025 - 17:47 WIB

Lembaga MB-PKRI CADSENA Akan Layangkan Surat Ke – Dua Dugaan Pungli Komite MTsN 1 Prabumulih

Kamis, 10 April 2025 - 14:42 WIB

Dugaan MTsN Prabumulih Lakukan Pungutan Untuk Pembangun WC Terus Berkembang di Masyarakat

Berita Terbaru

Berita Daerah

Polres Nganjuk Bentuk Satgas Palmera, Libatkan 14 Perguruan Silat

Sabtu, 17 Mei 2025 - 06:23 WIB

Berita Daerah

UMKM Binaan PT TeL ikuti Pelatihan Digital Marketing

Jumat, 16 Mei 2025 - 23:30 WIB