TANGERANG, ifakta.co – Di bawah naungan langit pesantren Daar El Qolam, muktamar kedua Jaringan Mubaligh Daar El Qolam Latansa (Jamdal) dan pelantikan Jaringan Organisasi Santri (Jaros) menjadi momentum penuh berkah yang berlangsung pada 25-26 Januari 2025. Acara akbar ini diprakarsai oleh KH. Adrian Mafatihallah Karim, MA, sosok penerus jejak emas keluarganya yang mulia, putra dari almarhum K.H. Ahmad Rifa’i Arief dan keponakan kandung almarhum K.H. Ahmad Syahiduddin.
Kegiatan ini bukan sekadar seremonial, tetapi sebuah gerakan pembaruan dan penyatuan visi. Dengan menggandeng para santri, guru, dan alumni, KH. Adrian berkomitmen membangun sinergi yang lebih besar untuk umat. Dalam tausiyahnya, beliau menekankan pentingnya kiprah nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai bagian dari misi dakwah.
Kyai Adrian, yang dikenal dengan ketulusan dan ketegasannya, tak sekadar melanjutkan amanah keluarga, tetapi juga menorehkan warna baru dalam perjuangan dakwah. “Kami ingin Daar El Qolam dan Latansa terus menjadi rahmat bagi alam semesta, sebagaimana cita-cita para pendirinya,” ungkap beliau dalam pembukaan acara tersebut.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Semangat ini merujuk pada warisan besar yang ditinggalkan oleh almarhum K.H. Ahmad Rifa’i Arief, pendiri Daar El Qolam dan Latansa. Beliau dikenal sebagai ulama yang memiliki visi besar, membangun generasi Qurani yang berilmu, berakhlak mulia, dan berjiwa pemimpin. Keikhlasannya dalam mendidik santri dan membangun pesantren menjadikan Daar El Qolam dan Latansa sebagai mercusuar pendidikan Islam di nusantara.
Tongkat estafet perjuangan ini kemudian dilanjutkan oleh almarhum K.H. Ahmad Syahiduddin, yang dengan penuh kebijaksanaan memperluas dakwah pesantren, baik dalam lingkup pendidikan maupun pengabdian sosial. Beliau berhasil membawa pesantren ini menembus zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur pesantren.
Sebagai penghormatan atas keberlanjutan perjuangan ini, muktamar Jamdal dan pelantikan Jaros menjadi simbol komitmen untuk terus mempererat ukhuwah Islamiyah. Dengan hadirnya para alumni, termasuk grup band Wali, acara ini semakin berkesan. Wali, yang juga merupakan bagian dari keluarga besar pesantren Latansa, menyuguhkan harmoni musik Islami yang menginspirasi para peserta.
“Acara ini adalah momen refleksi, evaluasi, dan langkah maju,” ujar KH. Adrian. Beliau menegaskan bahwa setiap elemen, baik santri, guru, maupun alumni, harus berperan aktif sebagai agen perubahan yang memberikan manfaat bagi umat di tengah derasnya tantangan zaman.
Pesantren Daar El Qolam dan Latansa tak hanya menjadi tempat pembentukan intelektual dan spiritual, tetapi juga wadah lahirnya tokoh-tokoh yang berkomitmen membangun peradaban. Melalui Jamdal dan Jaros, Daar El Qolam dan Latansa memperkokoh pijakannya sebagai pelopor kebangkitan generasi Islami yang membawa rahmat bagi semesta.
Dengan menutup muktamar ini, KH. Adrian mengajak semua pihak untuk mendoakan keberlanjutan perjuangan para pendahulu. “Kita adalah penyambung doa dan harapan mereka. Mari kita jaga amanah ini dengan cinta, keikhlasan, dan pengabdian tanpa batas,” tutup beliau penuh haru.