KABUPATEN INDRAMAYU, ifakta.co – Polemik pengelolaan tempat wisata yang berada di Komplek Bojongsari, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, hingga kini belum menunjukkan titik terang.
Pemerhati publik pun khawatir polemik tersebut akan berdampak pertumbuhan ekonomi masyarakat dan promosi pariwisata Kabupaten Indramayu.
“Yang jelas kalau dilihat dari ending-nya ini sudah salah kelola,” kata Pemerhati Publik, Syamsul Jahidin saat berbincang dengan ifakta.co, Jumat (27/12/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Syamsul menilai Pemkab Indramayu hanya pandai membangun, tapi tidak memperhatikan perawatan fasilitas yang sudah ada.
Selain itu, terbengkalainya objek wisata itu makin menunjukkan Pemkab Indramayu tak serius mengelola aset yang memiliki potensi menyumbang pendapat asli daerah (PAD).
“Seharusnya banyak bangunan-bangunan pariwisata yang dimanfaatkan sesuai fungsinya, tapi ini dibiarkan terbengkalai. Hanya dibangun kemudian ditinggalkan,” kritik Syamsul.
Bahkan, Syamsul pun mengaku prihatin dengan kondisi area wisata di Komplek Bojongsari sekarang.
Dari tahun ke tahun bukannya semakin ramai pengunjung, sebaliknya malah semakin menyedihkan.
”Faktornya karena apa? Ini ada tiga,” imbuh Syamsul.
Pertama, menurut Syamsul, pengelolaan tidak dilakukan secara profesional.
”Secara umum pengelolaan bisnis pemerintah profesionalitasnya rata-rata kalah sangat jauh dengan swasta. Apalagi ketika pemerintahan semakin ke bawah, dari pusat, provinsi sampai ke daerah,” ujar Syamsul.
Kedua, berkaitan SDM. Selama ini pejabat yang ditempatkan cenderung diduga asal-asalan.
”Apakah bentuknya pariwisata ataupun aktivitas produktif lain, biasanya bukan pejabat pada bidangnya,” kata Syamsul.
Sehingga, ketika sudah tidak profesional, tenaga yang mengelola bukan berlatarbelakang pebisnis menjadikan pengelolaan itu semakin tak karuan.
”Ketiga, biasanya pejabat yang di sana orang yang dipinggirkan pemerintah,” ujar Syamsul.
Dengan begitu, maindset untuk mendapat pundi-pundi PAD, menurut Syamsul, sangat minim.
”Tiga faktor ini otomatis membuat tidak profesional, sehingga wataknya tidak mengarah bagaimana bisa menghasilkan PAD. Bahasa kasarnya, kerja atau tidak tetap dibayar negara,” sindir Syamsul.
Terkecuali, sambung Syamsul, ketika aset itu dikelola pihak swasta. Sehingga, tenaga yang direkrut bukan berasal dari pemerintah.
”Kalau maunya untung dan jadi pundi-pundi PAD dikelola swasta. Rekrut tenaga khusus, jangan orang “buangan” atau ke politisi sebagai timbal balik,” kata Syamsul.
Seperti diberitakan sebelumnya, terlihat kondisi sejumlah fasilitas lainnya di kawasan wisata Bojongsari Indramayu memprihatinkan dan miskin perawatan.
Selain material bangunan banyak yang rusak hingga ambruk berserakan, seluruh cat pada bangunan juga mulai memudar, dan rerumputan liar tumbuh di sepanjang area, sehingga memberikan kesan horor alias rumah hantu.
Tak ayal pengunjung enggan datang. Pantauan di lokasi, beberapa warga sekitar kini memanfaatkan komplek wisata edukasi itu sebagai Jogging Track.
Tak ada aktivitas signifikan di lahan itu. Tidak terlihat juga aktivitas petugas di lokasi. Hanya beberapa warga tengah nongkrong untuk bersantai dengan menikmati pemandangan Waduk Bojong