BERSEPEDA sudah menjadi bagian kehidupan sebagian masyarakat kota. Akhir pekan dan hari libur mereka lalu lalang di jalanan. Di masa PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) transisi pun mereka tetap jalan seperti masa normal, seakan-akan ‘tak takut’ bahaya virus mematikan ini
Para goweser tetap kayuh pedal menyusuri jalanan. Mereka keluar masuk kampung agar sehat sekaligus bahagia. Mereka yakin hanya dengan badan sehat imunitas terjaga, sehingga virus pun dapat dihindarkan.
Berangkat dari fakta-fakta di atas, PMI DKI Jakarta menggagas cara bersepeda yang benar di masa PSBB transisi. Ada tiga hal yang harus dijaga para penggowes yang lantas dinamai 3 M. Ketiga hal itu; (M)enjaga jarak, (M)encuci tangan, dan (M)emakai masker.
Prakteknya sederhana. Sebelum berangkat dan selama di jalan, peserta harus memakai masker dan konsisten menjaga jarak antara satu dengan lainnya. Maksimal berjajar dua memanjang ke belakang. Mereka juga diwajibkan membawa hand sanitizer dan sesering mungkin mencuci tangan sehingga steril dan higienis.
Agar pelaksanaanya maksimal, peserta dibatasi. Jika jumlahnya banyak, upayakan per kelompok maksimal 25 pesepeda, sehingga mudah mengontrolnya. Jika perlu pecah menjadi beberapa kelompok dengan pemberangkatan (start) diatur waktunya. Cara ini dilakukan agar jarak peserta bisa terjaga dengan baik.
Menurut Ketua PMI DKI Jakarta, Rusef (Rustam Effendy), kunci utama kembali pada personal. Semakin tinggi kedisiplinan semakin ringan pengawasannya. Sebaliknya jika abai, tindak tegas dengan menegur atau menghentikan peserta yang bandel.
Pengawasan ketat seperti ini ternyata cukup ampuh. Pada acara gowes PMI Jakarta dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, Sabtu (15/8) lalu, meski awalnya agak sulit, karena aturan ditegakkan, goweser pun mengikutinya.
Baginya lebih baik ikut aturan dibanding harus keluar dari rombongan dan diberhentikan di tengah jalan. Disiplin memang harus dipaksakan. Aturan yang dibuat tak cukup sekedar imbauan tapi juga diikuti law enforcement sehingga ditaati.
Harus disadari bersama pesepeda bagian dari lalu lintas di jalan raya. Agar lancar dan selamat, dibuatlah aturan bagi seluruh penggunanya, termasuk pesepeda. Membangun kultur pesepeda dibutuhkan edukasi agar tertib, sehingga pengguna jalan lainnya respect dan menerima dengan baik.
Perilaku bersepeda bermanfaat bagi sistim mobilitas perkotaan. Perilaku tertib membantu kelancaran lalu lintas yang pada akhirnya menyumbang kelancaran lalu lintas kota-kota besar itu sendiri.
Untuk itulah kenapa PMI Jakarta juga menganggap kampanye 3M juga penting. Semua dilakukan agar goweser dapat terhindar dari mata rantai penyebaran virus corona. Jadi tak usah takut kayuh pedal. Selama taat aturan, Insya Allah selamat. ■
Salam 3M.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
PROFIL PENULIS:
EKO GURUH (EGU)
– Pegiat Sepeda
– Mantan Jurnalis Senior
– Sekarang adalah Pejabat di Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat