SATU bulan terakhir, sepeda tiga lipatan (three folding) booming di negeri ini. Nilai penjualannya meningkat drastis. Kendati tak ada angka pastinya, semua penjual sepeda kompak, bulan ini, bulannya sepeda lipat.
Sebagian orang bilang, trend ini efek dari PSBB. Masyarakat memilih bersepeda untuk jarak dekat agar aman. Tapi ada juga yang ngomong semua gara-gara kehadiran brompton. Sepeda ringkas dan ‘kuntet’ asal United Kingdom jadi magnet penggemar sepeda tanah air. Mereka yang berkantong tebal, rame-rame membelinya, sekedar untuk rekreasi dan mencari sehat sekaligus mendongkrak status sosial.
Apakah ada korelasinya atau tidak, trend ini kemudian ditangkap produsen sepeda lokal buat ikutan meramaikan pasar. Mereka memanfaatkan ceruk binis yang kosong dengan membuat sepeda sejenis. Maka lahirlah United Trifold. Sepeda yang pabriknya ada di Citerup, Bogor, Jawa Barat ini laku bak kacang goreng. Sebanyak apa pun diproduksi ludes diburu pembeli. Awal pemunculannya, bahkan orang rela indent untuk dapat memilikinya.
Sukses united menjual trifold membuat rivalnya, Element–juga produsen lokal–tak mau ketinggalan. Pabrik asal Kendal Jawa Tengah ini memproduksi Pikes yang lagi-lagi juga laku keras. Saking agresifnya Element bahkan membanjiri pasar dengan berbagai seri produknya, padahal sudah ada juga 3 Sixty asal Korea Selatan tapi besar di China yang juga hadir di pasar dalam negeri
Kecenderungan ini jujur saja membuat saya bahagia tapi sekaligus juga bertanya-tanya. Apakah ini sekedar trend atau memang ada perubahan cara pandang masyarakat dalam bertransportasi. Kita ketahui, sekarang ini lalu lintas di kota-kota besar 𝙘𝙧𝙤𝙬𝙙𝙚𝙖𝙙 luar biasa. Kemacetan terjadi hampir di semua ruas jalan. Apakah itu yang membuat orang beralih dari mobil ke sepeda, rasanya perlu penelitian. Dan, butuh waktu pula guna menelitinya. Kita lihat saja nanti
Saya jadi teringat wabah anturium, ikan lohan dan batu akik. Kala itu antusiasme masyarakat juga luar biasa. Meski harganya di luar nalar, tetap laku. Namun sejalan berjalannya waktu, kejayaan komoditas ‘aneh’ itu kini surut dan redup. Hanya beberapa orang saja yang bertahan karena memang mereka hobies sejati.
Sepeda memang tak bisa aple to aple kita samakan dengan akik, anturium dan ikan lohan. Penjelasannya simpel. Akik, lohan dan antirum hanya mampu memanjakan mata dan hati, sementara sepeda beda. Sementara kendaraan tanpa asap ini mampu membuat bahagia sekaligus juga sehat. Kata sehat inilah kunci utama yang membedakan.
Jadi tak perlu khawatir, saya percaya karena menyehatkan hobi bersepeda sepertinya akan lama, bahkan sangat mungkin seterusnya.
Siapa sih yang nggak mau sehat ?■
Profil Penulis:
Eko Guruh (Egu) adalah mantan jurnalis senior dan sekarang pegawai ASN di Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT