TOKYO, ifakta.co – Ekonomi Jepang tercatat mengalami kontraksi pada kuartal ketiga 2025, namun penurunan tersebut lebih kecil dari yang diperkirakan sebelumnya. Data produk domestik bruto (PDB) yang dirilis pemerintah pada Senin (17/11) menunjukkan PDB Jepang turun 1,8% secara tahunan pada periode Juli–September, lebih ringan dibandingkan proyeksi penurunan sebesar 2,5%.
Meskipun penyusutan tercatat lebih kecil, tekanan terhadap ekonomi masih terlihat signifikan. Pertumbuhan yang sempat positif pada kuartal sebelumnya justru berbalik arah. Pada kuartal II 2025, PDB Jepang sebelumnya dilaporkan tumbuh 2,1%, namun kini direvisi naik menjadi 2,3%. Perubahan dari ekspansi menjadi kontraksi ini menandakan melemahnya aktivitas ekonomi di tengah pelemahan konsumsi domestik dan ketidakpastian global.
Penurunan pada kuartal ketiga sebagian besar dipengaruhi oleh melemahnya belanja rumah tangga dan perlambatan investasi perusahaan, meski kinerja ekspor masih menunjukkan ketahanan. Para analis menilai bahwa tekanan inflasi, pelemahan yen, serta kondisi eksternal seperti melambatnya perekonomian mitra dagang turut memberi dampak negatif.
Iklan
Pemerintah Jepang diperkirakan akan memantau data ekonomi berikutnya dengan ketat, termasuk apakah Bank of Japan (BoJ) perlu meninjau ulang kebijakan moneternya di tengah gejolak ekonomi global.
Dengan kontraksi ini, para ekonom memperingatkan risiko bahwa Jepang dapat memasuki fase perlambatan lebih panjang apabila pemulihan konsumsi dan investasi tidak segera menguat pada akhir tahun.(FA)


