JAKARTA, Ifakta.co | Di tengah perkembangan teknologi dan kehidupan urban yang semakin cepat, kesehatan mental masyarakat Indonesia kini menghadapi tantangan serius. Data Kementerian Kesehatan mencatat peningkatan signifikan kasus gangguan mental ringan hingga berat dalam dua tahun terakhir, terutama di kalangan remaja dan pekerja usia produktif.

Lonjakan ini disebut-sebut sebagai “krisis sunyi”, karena banyak penderita gangguan mental memilih diam dan tidak mencari bantuan profesional. Faktor utama yang memicu kondisi tersebut antara lain tekanan ekonomi, kesepian, overwork, dan ketergantungan terhadap media sosial.
Iklan
“Banyak pasien datang dalam kondisi sudah parah karena malu atau takut distigma. Padahal, gangguan seperti kecemasan dan depresi bisa ditangani lebih cepat jika diketahui sejak dini,” ungkap dr. Ratna Sari, psikiater di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Menurut survei terbaru Badan Pusat Statistik, sekitar 1 dari 5 penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia mengalami tanda-tanda gangguan mental emosional. Sementara itu, angka bunuh diri meningkat hingga 17% dibandingkan tahun lalu, sebagian besar akibat tekanan psikologis yang tidak tertangani.
Pemerintah pun mulai memperkuat program “Sehat Jiwa Indonesia”, dengan menempatkan tenaga psikolog di Puskesmas dan memperluas layanan telekonseling gratis. Namun, para ahli menilai langkah itu masih perlu diiringi dengan edukasi publik untuk menghapus stigma terhadap penderita gangguan mental.
“Masalah kesehatan mental bukan hanya urusan individu, tapi tanggung jawab sosial kita bersama,” kata Ratna. “Mulailah dengan hal sederhana, dengarkan, pahami, dan jangan menghakimi.”
Seiring meningkatnya kesadaran, berbagai komunitas mulai bermunculan, seperti “Teman Cerita” dan “Ruang Pulih”, yang menyediakan ruang aman bagi mereka yang ingin berbagi tanpa takut dihakimi. Kehadiran gerakan-gerakan ini diharapkan mampu menjadi jembatan bagi generasi muda untuk lebih berani mencari pertolongan.(FA)
_________________________
Catatan Redaksi :
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami tekanan berat, jangan ragu untuk mencari bantuan. Hubungi layanan darurat 119 (ext. 8) atau lembaga konseling profesional terdekat. Anda tidak sendirian, selalu ada jalan untuk pulih.