JAKARTA, ifakta.co | Mata uang Asia berjuang mencari arah pada hari Jumat (11/7), namun tetap berada di jalur pelemahan mingguan seiring meningkatnya kehati-hatian investor terhadap serangkaian pengumuman tarif perdagangan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Sentimen pasar terguncang setelah Trump secara bertahap mengumumkan rencana tarif besar-besaran terhadap sejumlah negara mitra dagang utama, termasuk Brasil, Vietnam, Jepang, dan bahkan Tiongkok. Kebijakan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan kembalinya ketegangan dagang global, yang bisa memukul pertumbuhan ekspor dan stabilitas ekonomi negara-negara Asia yang bergantung pada perdagangan luar negeri.
Yuan Tiongkok mencatatkan pergerakan yang lesu, mendekati level terlemahnya dalam dua minggu terakhir terhadap dolar AS. Sementara itu, won Korea Selatan dan ringgit Malaysia juga mengalami tekanan karena kekhawatiran perlambatan permintaan eksternal.
Iklan
Rupee India dan baht Thailand pun tak luput dari arus keluar modal asing, karena investor global mengalihkan dana mereka ke aset yang dianggap lebih aman seperti dolar AS dan obligasi Treasury.
“Pasar saat ini sedang mencoba menakar seberapa luas dampak dari kebijakan perdagangan terbaru AS terhadap pertumbuhan Asia,” kata seorang analis mata uang dari Singapura. “Kecenderungan defensif ini membuat mata uang regional rentan terhadap volatilitas.”
Dengan ketidakpastian global yang meningkat, pelaku pasar akan mencermati reaksi lebih lanjut dari pemerintah Asia dan apakah bank sentral di kawasan ini akan mengambil langkah intervensi untuk menstabilkan nilai tukar. Untuk saat ini, arah mata uang Asia tetap ditentukan oleh perkembangan kebijakan dagang Washington. (FA)