BANDA ACEH, ifakta.co — Pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia terkait progres pemulihan jaringan listrik di Aceh menuai kritik. Klaim bahwa pasokan listrik telah pulih hingga di atas 90 persen dinilai tidak sejalan dengan kondisi riil yang dialami warga di berbagai kabupaten/kota.
Dalam kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Aceh pada Minggu (7/12/2025) siang, Bahlil menyampaikan bahwa proses pemulihan jaringan hampir tuntas dan seluruh wilayah Aceh akan kembali menyala pada malam hari.
Di hadapan Presiden, Bahlil menyebut angka pemulihan telah mencapai 97 persen.
Iklan
Namun pengamatan di lapangan menunjukkan keadaan berbeda.
Hingga Minggu malam, sejumlah besar wilayah di Aceh dilaporkan masih mengalami pemadaman total. Kondisi gelap gulita dilaporkan warga di Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Meulaboh, Nagan Raya, Subulussalam, Aceh Selatan, Aceh Tamiang, serta daerah lainnya.
Akademisi Aceh, Dr. Samsuardi, menilai pernyataan tersebut tidak akurat dan berpotensi menyesatkan publik.
Ia menyebut janji normalisasi listrik yang terus berubah sejak Jumat hanya menimbulkan kebingungan di tengah warga yang sedang menghadapi situasi bencana.
“Dari Jumat sampai Minggu, janji pemulihan terus mundur. Kenyataannya, pemadaman masih terjadi di banyak wilayah Aceh. Ini informasi yang keliru dan tidak mencerminkan situasi di lapangan,” ujar Dr. Samsuardi kepada ifakta.co, Minggu malam.
Ia menilai penyampaian kondisi yang tidak sesuai fakta justru merugikan masyarakat Aceh yang sedang menghadapi masa sulit.
“Informasi kepada Presiden semestinya berbasis data, bukan narasi pencitraan. Ini bentuk ketidakjujuran kepada publik,” tegasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan lanjutan dari Kementerian ESDM maupun PLN terkait perbedaan data antara klaim pemulihan dan fakta yang ditemukan di banyak lokasi terdampak.
(Amin)



