TANGERANG,.- ifakta., — Praktik penyalahgunaan LPG subsidi di wilayah Kabupaten Tangerang akhirnya terbongkar. Polda Banten menggerebek sebuah lokasi pengoplosan gas di kawasan Pakuhaji yang diduga sudah beroperasi berbulan-bulan dan meraup keuntungan hingga ratusan juta rupiah.

Direktur Ditreskrimsus Polda Banten Kombes Pol Dedi Supriyadi mengatakan pengungkapan ini berawal dari temuan adanya kelangkaan LPG 3 kg di masyarakat yang tidak sebanding dengan pasokan. “Setelah dilakukan penyelidikan, kami menemukan adanya aliran distribusi yang tidak semestinya. Gas subsidi disedot untuk dijual ke sektor komersial,” ujarnya.

Dalam operasi yang digelar awal Desember 2025, polisi menangkap sejumlah pelaku, termasuk pemilik pangkalan dan pekerja yang bertugas menyuntik gas dari tabung subsidi 3 kg ke tabung nonsubsidi berukuran 5,5 kg dan 12 kg. Petugas juga menyita ribuan tabung berbagai ukuran, ratusan regulator yang dimodifikasi, tabung timbangan digital, hingga kendaraan angkut.

Iklan

Menurut polisi, para pelaku membeli LPG 3 kg seharga sekitar Rp19.000 per tabung, lalu memindahkan isinya menggunakan alat khusus. Tabung yang sudah diisi ulang kemudian dijual ke warung makan dan restoran dengan harga jauh lebih tinggi — Rp80.000 untuk ukuran 5,5 kg dan Rp140.000–Rp160.000 untuk ukuran 12 kg.

Seorang warga sekitar, Udin (42), mengaku kerap mendengar suara tabung digeser dan aktivitas mencurigakan pada malam hari. “Kadang truk kecil masuk malam-malam. Kita kira ya usaha biasa aja. Eh nggak taunya begitu,” katanya.

Polisi memperkirakan jaringan ini mampu mengoplos hingga 300—600 tabung per hari. Keuntungan harian mereka bahkan bisa mencapai Rp3,8 juta–Rp7,6 juta. Jika dihitung sejak mulai beroperasi, omzet yang diraup pelaku bisa melampaui Rp500 juta.

Kombes Dedi menegaskan pihaknya akan menindak tegas para pelaku. Mereka dijerat dengan UU Migas Nomor 22 Tahun 2001 yang telah diperbarui melalui UU 6 Tahun 2023, dengan ancaman hukuman penjara sampai 6 tahun dan denda maksimal Rp60 miliar.

Praktik curang ini disebut telah memicu kelangkaan LPG subsidi yang seharusnya diperuntukkan bagi masyarakat kecil. Polisi juga mendalami dugaan keterlibatan pihak lain yang memasok tabung bersubsidi dalam jumlah besar.

“Kita tidak berhenti sampai di sini. Akan ada pengembangan untuk menelusuri siapa saja yang bermain di belakang,” tegas Dedi.

Warga setempat berharap kasus seperti ini tidak terulang. “Kalau gas 3 kg jadi langka, kami yang susah. Harus beli mahal,” ujar Siti (38), ibu rumah tangga yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian.