MEDAN,- ifaka,- Banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Kota Medan sejak akhir November membuat distribusi bahan bakar minyak (BBM) kacau. Warga di banyak titik terpaksa membeli bensin eceran dengan harga jauh di atas normal, antara Rp45.000 sampai Rp50.000 per liter, hanya agar kendaraan tetap bisa jalan.selasa.02/12/2025

Ratusan kendaraan roda dua dan roda empat tampak mengular di berbagai SPBU, seperti di Jalan Prof HM Yamin, Letda Sudjono, Tembung, dan Putri Hijau. Antrean warga bisa mencapai 1–2 jam, bahkan lebih.

“Dari jam 9 pagi, baru dapat jam 11. Habis tenaga dan waktu,” ujar Lina, salah satu warga yang ditemui ifakta.co.

Iklan

Sementara itu, Suci, warga lainnya, mengaku sudah berkeliling ke dua SPBU namun semuanya kehabisan stok. “Akhirnya beli eceran, tapi mahal banget,” keluhnya.

Kesulitan ini bukan cuma menimpa warga biasa. Para pekerja harian hingga ojek online ikut terpuruk karena mobilitas terganggu di saat mereka justru sangat membutuhkan penghasilan.

Di tengah kelangkaan di SPBU, warga tak punya pilihan selain membeli dari penjual eceran pinggir jalan. Harga yang dibayar melambung tinggi, bahkan sampai Rp50.000 per liter untuk Pertalite.

“Saya dan banyak orang yang harus tetap kerja, evakuasi keluarga, atau antar anak sekolah, serasa terkunci. Bosan antre, bosan keliling cari bensin,” tutur seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Pertamina dan Pemerintah Kota Medan menyatakan secara keseluruhan stok BBM masih aman, namun distribusi terganggu karena akses transportasi terputus akibat banjir.

“Sebanyak 23 dari sekitar 406 SPBU di Sumatera Utara terdampak. Ada yang terendam banjir, akses jalannya terputus, atau logistik tertahan,” demikian penjelasan resmi yang diterima ifakta.co.

Warga berharap pemerintah daerah dan Pertamina segera memulihkan jalur distribusi BBM, terutama ke SPBU yang terdampak paling parah, agar harga eceran tidak makin menjadi-jadi.