SIBOLGA, ifakta.co – Kepolisian Resor Sibolga mengamankan 16 warga yang diduga terlibat aksi penjarahan di sejumlah minimarket pada akhir November 2025.
Para terduga pelaku diketahui merupakan korban banjir yang tengah menghadapi krisis pasokan pangan akibat terganggunya distribusi logistik pascabencana.
Kasubbid Penmas Bidang Humas Polda Sumatera Utara, AKBP Siti Rohani Tampubolon, membenarkan penangkapan tersebut. “Benar, ada 16 orang diamankan terkait dugaan penjarahan yang terjadi di wilayah Sibolga,” ujarnya kepada wartawan, Senin (1/12/2025).
Iklan
Menurut Siti, terdapat tujuh gerai minimarket yang disasar massa, di antaranya beberapa Indomaret dan Alfamart yang tersebar di Jalan Singamaraja, Jalan Suprapto, Jalan Sibolga–Barus, hingga Jalan Imam Bonjol dan Jalan Merpati.
Ia menegaskan para terduga pelaku tidak terlibat dalam insiden terpisah yang terjadi di Gudang Bulog Sarudik. “Tidak ada keterkaitan dengan peristiwa di Bulog,” kata Siti.
Polda Sumut mengimbau warga tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh informasi yang tidak jelas. Pemerintah, TNI dan Polri disebut terus mempercepat distribusi bantuan ke titik pengungsian maupun kawasan terdampak.
Krisis Logistik Diduga Picu Penjarahan
Aksi penjarahan ini sebelumnya viral di media sosial, memperlihatkan sejumlah warga membobol minimarket di Kabupaten Tapanuli Tengah, salah satu daerah yang mengalami dampak banjir paling berat sejak 24 November 2025.
Seorang warga Tapteng bernama Damai membenarkan kondisi tersebut. Menurutnya, distribusi bantuan yang tidak merata membuat banyak warga terpaksa mencari pangan dengan cara apa pun.
“Chaos di depan mata sekarang ini,” kata Damai saat dihubungi, Sabtu (28/11/2025) malam. Ia menyebut tidak ada informasi jelas mengenai manajemen penyaluran logistik dari pemerintah daerah, termasuk Pemkab Tapteng dan Pemprov Sumut.
Warga di sejumlah kawasan terisolasi harus berjuang sendiri untuk mendapatkan makanan dan air bersih. “Kami berusaha cari pasokan sendiri karena tidak tahu kapan bantuan datang,” ujarnya.
Selain keterbatasan pangan, ia mengungkapkan kekhawatiran terhadap kondisi kesehatan warga yang mulai menurun, ditambah proses pembersihan rumah yang meninggalkan banyak sampah dan berpotensi memicu penyakit.
“Kondisi seperti ini bisa memicu angka kriminalitas dan masalah kesehatan. Banyak warga sudah mulai sakit,” ungkapnya.
(Amin)



