BEIJING, ifakta.co – Kementerian Perdagangan Tiongkok mengumumkan perluasan pembatasan ekspor, dengan alasan kekhawatiran atas keamanan nasional dan penggunaan militer dari komponen canggih. Lebih dari 90% logam tanah jarang olahan dan magnet logam tanah jarang dunia, telah di perketat kontrol ekspornya lebih lanjut, memperluas pembatasan pada teknologi pemrosesan dan mengisyaratkan pembatasan yang lebih ketat terhadap pengguna di sektor pertahanan dan semikonduktor di luar negeri.
Langkah ini menegaskan penggunaan dominasi Tiongkok atas rantai pasokan bahan-bahan penting ini sebagai pengaruh strategis. Pembatasan yang diumumkan pada 9 Oktober 2025 (waktu setempat) ini mencakup:
• Persyaratan Lisensi Baru: Eksportir kini diwajibkan memiliki lisensi resmi untuk mengirimkan teknologi dan peralatan yang digunakan dalam penambangan, peleburan, pemisahan, pembuatan magnet, daur ulang, bahkan pemeliharaan, perbaikan, atau peningkatan lini produksi logam tanah jarang.
Iklan
• Pembatasan Kerjasama Luar Negeri: Perusahaan Tiongkok dan mitra asing harus mendapatkan persetujuan untuk terlibat dalam proyek terkait logam tanah jarang di luar negeri.
• Penargetan Pengguna Akhir: Aturan baru ini secara eksplisit mengindikasikan bahwa lisensi ekspor umumnya akan ditolak untuk pengguna pertahanan luar negeri, dan aplikasi terkait semikonduktor canggih akan ditinjau kasus per kasus. Ini termasuk chip 14-nanometer atau yang lebih canggih serta peralatan terkait.
• Kontrol Ekstrateritorial: Dalam langkah signifikan, entitas asing kini juga harus mendapatkan persetujuan pemerintah Tiongkok untuk mengekspor produk yang mengandung bahkan dalam jumlah kecil bahan logam tanah jarang asal Tiongkok, atau yang diproduksi menggunakan teknologi Tiongkok, jika bahan tersebut melebihi ambang batas tertentu.
Logam tanah jarang (LJT), sekelompok 17 elemen, sangat penting untuk berbagai teknologi modern, mulai dari elektronik berkinerja tinggi, motor kendaraan listrik, turbin angin, radar militer, hingga sistem pertahanan canggih.
Langkah terbaru ini merupakan kelanjutan dari pembatasan ekspor yang dimulai pada April lalu dan semakin menggarisbawahi upaya Beijing untuk mencegah pengalihan LJT ke dalam aplikasi sensitif atau “penggunaan ganda,” terutama di sektor pertahanan dan teknologi tinggi.
Keputusan Tiongkok untuk memperketat kendali atas rantai pasokan penting ini diperkirakan akan memicu kekhawatiran global, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, yang saat ini sangat bergantung pada Tiongkok untuk pasokan bahan-bahan ini. Para analis menilai kebijakan ini sebagai langkah strategis untuk memperkuat posisi tawar Tiongkok dalam negosiasi perdagangan dan geopolitik yang sedang berlangsung.
Para ahli industri menekankan bahwa pembatasan ini akan memaksa negara-negara untuk mempercepat upaya diversifikasi rantai pasokan mereka dan membangun kapasitas penambangan dan pemrosesan LJT yang independen dari Tiongkok.
(JO)