Puncak Merah, Ifakta.co | Warga Desa Puncak Merah, Kabupaten Huma Jaya, digegerkan dengan temuan mayat seorang pria muda di tengah hutan belakang pemukiman. Mayat ditemukan dalam kondisi yang memicu dugaan tumbal ritual mistis.
Menurut keterangan warga sekitar, jasad itu pertama kali dilihat oleh seorang pemburu jamur yang hendak pulang senja tadi. Tubuh korban ditemukan tergeletak di sebuah clearing kecil, dengan posisi tangan dan kaki terentang, di tengah batu besar yang tertutup lumut dan akar-akar pohon. Sekujur tubuhnya tampak tanpa luka bekas perlawanan, namun ada guratan-guratan berbentuk simbol aneh di tanah di sekitar mayat.
Iklan
Warga desa memperbincangkan bahwa korban mungkin menjadi tumbal pesantren gaib atau pesugihan. “Kami dengar sekilas suara teriakan dari hutan malam tadi, seperti orang yang minta tolong. Tapi kami takut mendekat,” ujar salah satu tetangga bernama Sari (43). “Beberapa warga sudah melaporkan hal ini ke polisi,” tambah Sari.
Polres Turun Tangan
Kepala Kepolisian Resor Kabupaten Huma Jaya, AKBP Dharma Kusuma, membenarkan adanya laporan. “Tim Inafis dan Satreskrim sudah bergerak ke lokasi. Identitas korban belum jelas, dan kami belum bisa menyimpulkan penyebab kematian,” kata AKBP Dharma dalam konferensi pers siang tadi.
Menurut AKBP Dharma, sementara pemeriksaan awal belum menemukan senjata tajam atau proyektil di tubuh korban. “Hanya ada sejumlah simbol-simbol aneh di tanah dan bekas garukan di batang pohon di sekitar. Kami tetap membuka kemungkinan tindak kriminal biasa,” tambahnya.
Tumbal: Mitos atau Realitas?
Sejumlah warga dan media lokal segera menyebut peristiwa itu sebagai “tumbal nyata” korban ritual gaib atau pertukaran dengan kekuatan tak kasatmata. Namun, sebagian warga lain menyikapi dengan skeptis. “Jangan langsung percaya cerita mistis tanpa fakta. Bisa jadi korban tersesat, sakit, atau menjadi korban pembunuhan biasa,” ujar tokoh masyarakat setempat, Pak Hasan (65).
Di jejaring media sosial, foto lokasi kejadian beredar cepat, disertai narasi menjaga jarak dari hutan malam hari, dan desas-desus bahwa di desa itu ada “orang pintar” yang biasa melakukan praktik pesugihan. Beberapa pengguna menuduh kejadian itu berkaitan dengan hutang, utang spiritual, atau dendam lama yang dibalaskan lewat cara mistis.
Tuntutan Transparansi dan Pemeriksaan Forensik Mendalam
Masyarakat desa kini menuntut agar polisi mengungkap tuntas kasus ini, termasuk kemungkinan unsur supranatural. Mereka meminta agar tidak hanya pemeriksaan fisik yang dilakukan, tetapi juga pemeriksaan psikologis saksi, rekaman CCTV di jalan menuju hutan, serta pelibatan ahli antropologi atau pakar kepercayaan lokal.
“Kalau memang ada unsur ritual, jangan dibiarkan begitu saja. Tapi kalau cuma pembunuhan biasa, harus diusut hingga ke akar,” kata Ketua RT setempat, Lina (38).
Sementara itu, keluarga korban belum muncul atau mengaku kehilangan. Polisi saat ini menyebarkan foto korban di berbagai kantor desa dan wilayah terdekat, berharap ada yang mengenali. Diduga korban berumur remaja 20-an, dan tampak mengenakan pakaian kasual biasa sebelum ditemukan tewas.(FA)