JAKARTA, ifakta.co – Pol Pot, nama samaran dari Saloth Sar, adalah pemimpin diktator Kamboja yang dikenal sebagai arsitek genosida mengerikan pada era pemerintahan Khmer Merah (1975–1979). Selama masa kekuasaan tersebut, sekitar 1,7 hingga 2 juta jiwa—sekitar seperempat dari populasi Kamboja kala itu—tewas akibat kelaparan, kerja paksa, penyiksaan, dan eksekusi massal.
Pol Pot lahir pada 1925 di Prek Sbauv, Kamboja. Ia sempat belajar di Prancis pada awal 1950-an, di mana ia terpengaruh oleh ideologi komunis. Sekembalinya ke tanah air, ia bergabung dengan Partai Komunis Kamboja dan perlahan naik ke pucuk kepemimpinan.
Dengan mengusung cita-cita membentuk masyarakat agraris utopis yang bebas dari pengaruh asing, Pol Pot dan Khmer Merah menolak modernisasi, membubarkan sekolah, agama, pasar, bahkan keluarga tradisional. Segala bentuk kapitalisme, pendidikan Barat, dan intelektualisme dianggap musuh.
Iklan
Pada April 1975, Khmer Merah merebut ibu kota Phnom Penh dan mengambil alih kekuasaan setelah perang saudara berkepanjangan. Rezim baru segera memulai program radikal “pemurnian” sosial dengan cara mengosongkan kota dan memaksa jutaan orang pindah ke pedesaan sebagai buruh tani.
Para guru, dokter, pegawai pemerintahan, bahkan orang yang memakai kacamata—simbol intelektual—banyak yang ditangkap dan dibunuh. Penjara Tuol Sleng (S-21) di Phnom Penh menjadi simbol horor, di mana ribuan tahanan disiksa sebelum dibawa ke ladang pembantaian (“killing fields”) untuk dieksekusi.
Pada tahun 1979, invasi Vietnam menggulingkan Khmer Merah dan mengakhiri pemerintahan Pol Pot. Ia melarikan diri ke hutan dan tetap memimpin gerilyawan Khmer Merah hingga akhir 1990-an. Pol Pot meninggal pada 1998 tanpa pernah diadili secara resmi atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dampak rezim Khmer Merah masih dirasakan hingga kini. Ratusan ribu korban selamat masih hidup dengan trauma mendalam, dan Kamboja terus berupaya membangun kembali sistem sosial dan keadilan melalui Pengadilan Khusus Kamboja (ECCC), yang mulai mengadili mantan petinggi Khmer Merah sejak tahun 2006. (SB)