JAKARTA, ifakta.co – Pasar global saat ini tengah mengalihkan fokusnya ke Tiongkok, setelah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut merilis serangkaian data ekonomi penting, termasuk angka Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua tahun 2025 yang mencatatkan pertumbuhan di atas perkiraan analis.

Berdasarkan data resmi yang dirilis Biro Statistik Nasional Tiongkok pada Senin (14/7), PDB Tiongkok tumbuh sebesar 5,2% secara tahunan (year-on-year) pada kuartal kedua 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,8%, serta menunjukkan ketahanan ekonomi di tengah tantangan global seperti melemahnya permintaan ekspor, ketidakpastian geopolitik, serta pemulihan yang belum merata di sektor properti domestik.

Selain PDB, data penting lainnya seperti produksi industri, penjualan ritel, dan investasi aset tetap juga menunjukkan perbaikan moderat, menandakan bahwa langkah stimulus fiskal dan moneter yang dilakukan pemerintah mulai memberikan dampak. Produksi industri naik 6,1% (yoy), sedangkan penjualan ritel tumbuh 4,9%, mengisyaratkan peningkatan konsumsi rumah tangga.

Iklan

Penguatan angka-angka ini memberi sedikit kelegaan bagi para pelaku pasar yang sebelumnya khawatir akan perlambatan pertumbuhan Tiongkok. Namun, para analis tetap memperingatkan bahwa risiko struktural seperti tingginya utang pemerintah daerah dan ketidakpastian sektor properti masih membayangi prospek jangka menengah.

Di pasar keuangan, respons terhadap data ini tergolong positif. Bursa saham Tiongkok dan sejumlah indeks regional Asia mengalami kenaikan, sementara harga komoditas seperti tembaga dan minyak mentah turut menguat karena ekspektasi permintaan yang lebih tinggi dari Tiongkok.

Dengan kinerja kuartal II yang melampaui ekspektasi, para ekonom kini mulai merevisi naik proyeksi pertumbuhan Tiongkok untuk tahun 2025 secara keseluruhan. Namun demikian, pasar tetap menunggu arah kebijakan selanjutnya dari Beijing, terutama menjelang pertemuan pleno Partai Komunis pada paruh kedua tahun ini, yang diprediksi akan menjadi panggung bagi penetapan agenda ekonomi jangka panjang. (Jo)