NEW YORK, ifakta.co – Seiring meningkatnya ketegangan perdagangan global, para ekonom kini menyoroti secara serius dampak kebijakan tarif agresif yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap inflasi domestik. Data terbaru menunjukkan bahwa kenaikan tarif impor – terutama terhadap barang-barang asal Tiongkok, Brasil, dan negara-negara lain – telah mulai memengaruhi harga konsumen dan biaya produksi di dalam negeri.
Langkah-langkah proteksionis ini, yang awalnya ditujukan untuk melindungi industri dalam negeri dan menekan defisit perdagangan, kini mulai menimbulkan efek samping berupa tekanan harga yang meningkat. Sejumlah ekonom mencatat bahwa tarif tambahan sebesar 25% hingga 50% pada berbagai komoditas dan barang setengah jadi telah menaikkan biaya input bagi produsen, yang pada gilirannya dibebankan kepada konsumen akhir.
“Dampak tarif tidak hanya bersifat langsung, tetapi juga merambat ke berbagai sektor ekonomi,” kata salah satu ekonom dari lembaga riset independen di Washington. “Barang impor yang lebih mahal menyebabkan biaya produksi meningkat, dan pada akhirnya mendorong inflasi lebih tinggi dari yang diantisipasi sebelumnya.”
Iklan
Data inflasi konsumen (CPI) AS dalam beberapa bulan terakhir mencerminkan tren tersebut. Beberapa kategori utama seperti makanan, peralatan elektronik, dan bahan bangunan menunjukkan kenaikan harga yang konsisten, seiring dengan diberlakukannya tarif baru.
Selain itu, para analis memperingatkan bahwa jika kebijakan tarif terus diperluas, maka target inflasi Federal Reserve bisa semakin sulit dicapai. Hal ini bisa mengacaukan arah kebijakan suku bunga dan memperumit upaya menstabilkan perekonomian di tengah ketidakpastian global.
Meskipun pemerintah AS berargumen bahwa tarif diperlukan untuk memperkuat posisi negosiasi perdagangan dan mendorong produksi domestik, para ekonom mendesak perlunya evaluasi dampak jangka panjangnya terhadap daya beli masyarakat dan stabilitas harga.
Dengan perdebatan yang terus berlangsung, semua mata kini tertuju pada data inflasi dan langkah-langkah balasan dari negara mitra dagang. Jika tren kenaikan harga berlanjut, tekanan publik dan politik terhadap strategi tarif AS kemungkinan akan meningkat dalam waktu dekat. (Jo)