TOKYO, ifakta.co | Pemerintah Jepang tengah bersiap menghadapi kemungkinan diberlakukannya tarif baru oleh Amerika Serikat dalam waktu tiga minggu ke depan, sebuah langkah yang berpotensi memperkeruh hubungan dagang antara dua sekutu ekonomi utama tersebut.

Langkah ini muncul di tengah meningkatnya retorika proteksionis dari Washington menjelang pemilihan presiden AS, dengan Presiden Donald Trump secara terbuka mengancam akan mengenakan tarif tambahan pada berbagai produk impor dari negara-negara mitra dagang utama, termasuk Jepang. Tujuannya, menurut Gedung Putih, adalah untuk “melindungi industri domestik dan menyeimbangkan defisit perdagangan yang kronis.”

Iklan

Tokyo menyambut kekhawatiran tersebut dengan diplomasi hati-hati. Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang telah menggelar serangkaian pembicaraan tertutup dengan para pelaku industri, seraya menjajaki opsi perundingan dengan mitra Amerika guna meredam dampak yang mungkin timbul.

“Pemerintah Jepang sedang menganalisis secara seksama jenis barang yang mungkin akan dikenai tarif tambahan dan menyiapkan langkah diplomatik yang diperlukan,” ujar seorang pejabat senior Jepang yang enggan disebutkan namanya.

Potensi tarif tersebut diperkirakan akan menyasar sektor otomotif dan elektronik dua industri andalan ekspor Jepang ke AS. Jika tarif diterapkan, dampaknya bisa signifikan, mengingat Amerika Serikat merupakan pasar ekspor terbesar kedua bagi Jepang setelah Tiongkok.

Para analis memperingatkan bahwa jika eskalasi tarif ini benar-benar terjadi, rantai pasok global dapat terganggu, dan tekanan terhadap yen serta pasar saham Jepang bisa meningkat. Di sisi lain, perusahaan Jepang dapat mempertimbangkan relokasi sebagian produksi ke AS untuk menghindari beban tarif.

Tokyo berharap bisa menghindari konfrontasi terbuka melalui pendekatan negosiasi, sembari menjaga hubungan ekonomi dan keamanan yang selama ini menjadi fondasi kemitraan strategis Jepang-AS.

Tarif yang direncanakan dijadwalkan diumumkan paling cepat awal Agustus, menyisakan ruang waktu sekitar tiga minggu bagi Tokyo dan Washington untuk mencari titik temu. Pemerintah Jepang juga mempertimbangkan membawa kasus ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) jika langkah-langkah tersebut dianggap melanggar prinsip perdagangan bebas.

Sementara itu, pelaku pasar dan eksportir Jepang tengah memantau perkembangan ini dengan seksama, berharap bahwa diplomasi dapat kembali meredakan tensi sebelum ketegangan berubah menjadi konflik dagang terbuka. (FA)