JAKARTA, ifakta.co – Salah satu nama besar dalam industri makanan dan minuman global, Del Monte, dilaporkan mengalami kebangkrutan setelah terjerat utang yang sangat besar, mencapai sekitar USD 10 miliar atau setara dengan Rp162 triliun (kurs Rp16.200 per USD).
Kabar ini mengejutkan dunia bisnis, mengingat Del Monte telah menjadi merek ikonik selama lebih dari satu abad dengan produk-produk seperti buah kaleng, jus, hingga makanan siap saji yang tersebar di pasar internasional.
Del Monte Foods Inc., yang berbasis di Amerika Serikat, dikabarkan mengalami tekanan keuangan selama beberapa tahun terakhir akibat meningkatnya biaya produksi, perubahan perilaku konsumen, serta persaingan ketat di pasar makanan olahan. Meskipun perusahaan telah mencoba melakukan restrukturisasi bisnis, efisiensi operasional, dan ekspansi ke produk-produk yang lebih sehat, beban utang yang sangat besar membuat Del Monte tidak mampu bertahan.
Iklan
Beberapa analis menyebut, keputusan bisnis yang kurang adaptif terhadap tren makanan sehat serta ketergantungan pada produk-produk kalengan turut mempercepat kejatuhan perusahaan. Selain itu, gangguan rantai pasok global pasca pandemi COVID-19 serta inflasi bahan pangan turut memperburuk kondisi keuangan Del Monte.
Menurut laporan keuangan terakhir sebelum pengajuan kebangkrutan, perusahaan mencatatkan penurunan pendapatan yang signifikan, sementara beban bunga utang terus meningkat. Dalam dokumen pengadilan, Del Monte menyatakan tidak lagi mampu memenuhi kewajiban keuangannya, dan akan segera menjalani proses restrukturisasi melalui perlindungan kebangkrutan (Chapter 11) di Amerika Serikat.
Nasib ribuan pekerja dan rantai pasok yang bergantung pada Del Monte pun kini berada dalam ketidakpastian. Investor dan pemegang saham juga menghadapi kerugian besar akibat anjloknya nilai perusahaan.
Kebangkrutan Del Monte menjadi cermin bagi banyak perusahaan makanan besar untuk segera beradaptasi dengan perubahan zaman, mulai dari selera konsumen, keberlanjutan, hingga transformasi digital. Merek besar tak lagi kebal terhadap tekanan pasar jika gagal berinovasi dan menjaga kesehatan finansialnya.
(Sb-Alex)