JAKARTA, Ifakta.co – UBS memperkirakan bahwa mata uang Asia akan terapresiasi sekitar 3 hingga 4 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dalam 12 bulan ke depan. Proyeksi ini didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, yang berpotensi melemahkan kekuatan dolar.
Dalam laporan terbarunya, UBS menyebutkan bahwa faktor-faktor utama yang mendukung penguatan mata uang Asia meliputi membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi di kawasan, stabilitas neraca perdagangan, serta arus modal yang masuk seiring dengan meningkatnya minat investor global terhadap aset pasar negara berkembang.
UBS juga menyoroti bahwa ketidakpastian geopolitik dan perlambatan ekonomi AS dapat mendorong investor untuk lebih banyak beralih ke mata uang Asia sebagai alternatif. Mata uang seperti yuan Tiongkok, won Korea Selatan, dan dolar Singapura diperkirakan akan menjadi yang paling diuntungkan dalam tren penguatan ini.
Namun demikian, UBS juga mengingatkan bahwa potensi risiko tetap ada, termasuk ketegangan perdagangan global, fluktuasi harga komoditas, dan ketidakpastian arah kebijakan moneter di negara-negara utama.
“Dengan proyeksi penurunan suku bunga oleh The Fed dan membaiknya outlook pertumbuhan di Asia, kami memperkirakan mata uang Asia secara keseluruhan akan terapresiasi 3-4% terhadap dolar AS dalam setahun ke depan,” tulis analis UBS dalam laporan tersebut.
Prediksi ini menjadi angin segar bagi ekonomi kawasan yang diuntungkan oleh stabilitas nilai tukar, khususnya dalam mendukung pertumbuhan investasi dan perdagangan regional. (FA)