JAKARTA, ifakta.co – Sebagian besar mata uang Asia diperdagangkan dalam kisaran ketat pada hari Selasa (1/7), karena investor tetap berhati-hati di tengah meningkatnya ketidakpastian terkait kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat. Pasar menanti kejelasan atas kemungkinan keputusan Presiden AS Donald Trump mengenai tarif baru yang dijadwalkan pada 9 Juli mendatang.

Sentimen pasar secara umum cenderung defensif, dengan pelaku pasar menghindari posisi besar menjelang keputusan penting tersebut. Ketidakpastian ini mendorong volatilitas yang terbatas pada sebagian besar mata uang utama di kawasan.

Mata uang yuan Tiongkok nyaris tidak bergerak, sementara won Korea Selatan dan dolar Taiwan bergerak tipis. Yen Jepang sedikit menguat terhadap dolar AS, didukung oleh permintaan aset safe haven di tengah ketegangan perdagangan yang meningkat.

Sementara itu, rupiah Indonesia, baht Thailand, dan ringgit Malaysia juga menunjukkan pergerakan terbatas, seiring pasar domestik yang masih menunggu perkembangan lebih lanjut dari negosiasi perdagangan global.

Analis memperingatkan bahwa jika tarif baru benar-benar diberlakukan, dampaknya bisa memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi di Asia, yang sangat bergantung pada perdagangan internasional. Hal ini berpotensi memicu tekanan lebih lanjut terhadap mata uang emerging markets.

Pasar kini fokus pada pernyataan-pernyataan dari pejabat AS dan mitra dagang utamanya dalam beberapa hari ke depan, yang kemungkinan besar akan menentukan arah pergerakan pasar keuangan global, termasuk pasar valuta asing di Asia. (Jo)