AUSTRALIA, ifakta.co — Saham-saham pertambangan Australia mengalami tekanan signifikan pada perdagangan hari Senin (30/6). Setelah laporan pemerintah memperkirakan penurunan tajam pendapatan ekspor sumber daya dan energi negara tersebut. Pelemahan ini didorong oleh penurunan harga komoditas utama seperti bijih besi dan gas alam cair (LNG) di pasar global.

Menurut laporan resmi dari Departemen Perindustrian, Sains, Energi dan Sumber Daya Australia, pendapatan ekspor sektor sumber daya diperkirakan turun hingga 12% pada tahun fiskal berikutnya. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya permintaan dari mitra dagang utama seperti Tiongkok dan Jepang, serta tekanan harga akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi global.

Harga bijih besi, komoditas ekspor terbesar Australia juga tercatat melemah ke level terendah dalam 18 bulan terakhir. Sementara harga LNG juga terus tertekan akibat meningkatnya pasokan global dan turunnya permintaan dari Eropa dan Asia Timur.

Saham-saham raksasa pertambangan seperti BHP Group, Rio Tinto, dan Fortescue Metals Group masing-masing turun antara 2% hingga 4% pada sesi perdagangan hari ini. Sementara itu, indeks sektor energi dan pertambangan di Bursa Efek Australia (ASX) tercatat melemah lebih dari 2,8%.

“Outlook yang lebih suram untuk komoditas utama memberikan tekanan besar pada sentimen pasar,” ujar analis pasar dari Commonwealth Bank. “Pelemahan permintaan dari Tiongkok, yang selama ini menjadi pasar utama, menambah kekhawatiran para investor.

Laporan pemerintah juga menyoroti risiko lanjutan dari ketidakpastian geopolitik dan transisi energi global, yang dapat mempengaruhi prospek jangka panjang bagi sektor sumber daya Australia.

Dengan kondisi ini, pelaku pasar dan investor diharapkan tetap waspada terhadap volatilitas harga komoditas global yang terus membayangi kinerja pasar saham Australia, khususnya di sektor pertambangan dan energi.

(FA)