NEW YORK, ifakta.co – Kebijakan tarif yang diberlakukan selama pemerintahan Donald Trump sebagai bagian dari strategi perdagangan proteksionis telah meninggalkan jejak yang cukup signifikan dalam perekonomian global. Menurut analisis terbaru dari UBS, kebijakan tersebut tidak hanya memicu ketegangan perdagangan internasional, tetapi juga menimbulkan berbagai keanehan dalam data perdagangan global.
UBS mencatat bahwa penerapan tarif impor, khususnya terhadap produk-produk dari Tiongkok dan beberapa negara lainnya, menyebabkan distorsi dalam rantai pasok global. Salah satu fenomena yang mencolok adalah lonjakan perdagangan melalui negara-negara ketiga, yang digunakan oleh eksportir untuk menghindari tarif. Akibatnya, pola ekspor dan impor global menjadi tidak lagi mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya.
Selain itu, UBS menyoroti bahwa ketidakpastian akibat perang dagang berdampak signifikan terhadap kepercayaan dunia usaha dan konsumen. Banyak perusahaan menunda investasi dan ekspansi karena ketidakjelasan arah kebijakan perdagangan. Hal ini pada akhirnya menekan laju pertumbuhan global, terutama di sektor manufaktur dan perdagangan internasional.
Iklan
UBS juga mencatat bahwa dampak psikologis dari ketegangan perdagangan cenderung lebih besar daripada efek langsung dari tarif itu sendiri. Ketidakpastian yang berkepanjangan menyebabkan penurunan permintaan global, pelemahan pertumbuhan di beberapa kawasan, serta gangguan pada sektor-sektor yang bergantung pada perdagangan lintas batas.
Meskipun beberapa tarif telah dicabut atau dikaji ulang oleh pemerintahan berikutnya, efek distorsi dari kebijakan tersebut masih terasa hingga saat ini. UBS memperingatkan bahwa normalisasi perdagangan global akan membutuhkan waktu, terutama untuk memulihkan kepercayaan investor dan menstabilkan kembali rantai pasok internasional. (Jojo)