Jakarta, IFAKTA | Sebagian besar mata uang Asia menguat pada perdagangan Kamis, 26 Juli 2025, seiring melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin menunda rencana kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Indeks dolar AS tergelincir ke level terendah dalam dua pekan terakhir, terbebani oleh data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan dan meningkatnya spekulasi bahwa bank sentral AS akan mengambil sikap lebih berhati-hati dalam kebijakan moneternya.

Mata uang peso Filipina memimpin penguatan di kawasan dengan naik 0,5%, disusul won Korea Selatan yang menguat 0,4% terhadap dolar. Sementara itu, baht Thailand dan ringgit Malaysia masing-masing naik sekitar 0,3%.

Iklan

Yen Jepang juga mencatat kenaikan moderat, didukung oleh permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah dan melemahnya sentimen dolar secara global.

Di sisi lain, yuan China bergerak stabil, ditopang oleh intervensi terbatas dari bank sentral China (PBOC) untuk menjaga stabilitas nilai tukar, di tengah kekhawatiran pasar atas prospek pertumbuhan ekonomi domestik.

Pelemahan dolar AS terjadi setelah rilis data pesanan barang tahan lama dan penjualan rumah baru yang lebih rendah dari ekspektasi, memicu kekhawatiran akan melambatnya ekonomi AS.

Analis menilai bahwa sentimen terhadap mata uang Asia masih relatif positif dalam jangka pendek, terutama jika The Fed mengindikasikan jeda kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.

“Pasar mulai menilai kembali ekspektasi kebijakan moneter AS. Ini menjadi katalis positif bagi sebagian besar mata uang Asia,” kata seorang analis pasar dari ING Bank dalam catatannya.

Sementara itu, pelaku pasar masih akan mencermati pidato dari beberapa pejabat The Fed serta data inflasi PCE AS yang akan dirilis pada akhir pekan ini sebagai panduan arah pasar berikutnya. (JO&FA)