JAKARTA, IFAKTA.CO | Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan bahwa konflik bersenjata antara Iran dan Israel dapat menimbulkan kerugian serius bagi industri otomotif nasional. Potensi kerugian tersebut diperkirakan mencapai hingga US$500 juta, jika eskalasi konflik terus berlanjut dan mengganggu rantai pasok global.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, menyatakan bahwa industri otomotif Indonesia sangat bergantung pada kelancaran pasokan bahan baku dan komponen dari luar negeri, termasuk kawasan Timur Tengah dan Asia.
“Gangguan terhadap jalur distribusi internasional, terutama di kawasan Teluk, dapat menyebabkan kenaikan harga bahan baku seperti logam, plastik industri, hingga semikonduktor. Ini akan berdampak langsung pada biaya produksi dan waktu distribusi kendaraan di dalam negeri,” jelasnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, volatilitas harga minyak global akibat konflik juga berpotensi menekan daya beli masyarakat. Kenaikan harga BBM dapat menurunkan minat konsumen terhadap pembelian kendaraan bermotor, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan industri otomotif nasional.
Kemenperin saat ini tengah berkoordinasi dengan pelaku industri untuk menyusun langkah mitigasi, termasuk diversifikasi sumber bahan baku dan peningkatan produksi lokal untuk mengurangi ketergantungan impor.
“Ini menjadi momentum bagi industri nasional untuk memperkuat rantai pasok domestik dan mempercepat pengembangan kendaraan listrik berbasis komponen dalam negeri,” tambahnya.
Kemenperin berharap situasi geopolitik segera mereda agar stabilitas ekonomi global, termasuk sektor industri otomotif, dapat terjaga.
(Jo)