Pyongyang, ifakta.co – Korea Utara dikabarkan telah meningkatkan kerja sama militernya dengan Iran di tengah ketegangan geopolitik yang terus memanas di Timur Tengah. Menurut laporan intelijen dari sejumlah negara Barat yang beredar pekan ini, Pyongyang diduga mengirimkan bantuan teknologi rudal dan peralatan militer strategis ke Teheran dalam beberapa bulan terakhir.
Kerja sama ini disebut mencakup pertukaran teknologi misil jarak jauh, pelatihan teknis untuk personel militer Iran, hingga kemungkinan pengiriman suku cadang untuk program drone dan senjata canggih lainnya. Para analis menilai kolaborasi ini berpotensi mengubah keseimbangan militer di kawasan, terutama jika Iran memperkuat persenjataan rudal balistiknya dengan teknologi Korea Utara yang telah teruji.
“Hubungan antara Korea Utara dan Iran bukan hal baru, tapi intensitas dan skala kerja sama saat ini tampaknya meningkat,” ujar seorang analis pertahanan dari Washington yang enggan disebut namanya. “Ini dapat menimbulkan risiko eskalasi militer, terutama dengan Israel dan sekutunya yang tengah bersitegang dengan Iran.”
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Langkah Korea Utara ini dinilai sebagai bentuk solidaritas strategis antar negara yang sama-sama menghadapi sanksi internasional dan tekanan dari Amerika Serikat serta sekutu Barat. Di sisi lain, Iran disebut mencari mitra non-Barat untuk memperkuat kapabilitas militernya setelah sejumlah embargo senjata dilonggarkan.
Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa telah menyuarakan keprihatinan atas dugaan ini dan menyerukan penyelidikan lebih lanjut melalui forum internasional. Mereka khawatir kerja sama semacam ini akan mengganggu stabilitas Timur Tengah dan memperpanjang konflik yang telah menewaskan ribuan orang.
Sementara itu, baik pemerintah Iran maupun Korea Utara belum memberikan tanggapan resmi atas tudingan tersebut. Namun, media pemerintah kedua negara belakangan kerap menampilkan retorika anti-Barat dan menegaskan hak mereka untuk memperkuat pertahanan nasional masing-masing.
Jika kerja sama ini terbukti benar, hal tersebut bisa memperumit diplomasi global dan memperkuat poros anti-Barat yang sedang berkembang di tengah ketidakpastian geopolitik dunia.
(Jo)