Lindswell atlet Wushu Indonesia saat memperoleh medali emas di nomor Taijijian Putri dalam kejuaraan ASIAN GAME 2018.(Poto: istimewa).
JAKARTA, ifakta.co – Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Dito Ariotedjo, akhirnya buka suara merespons kritik dari mantan atlet wushu nasional, Lindswell Kwok, yang viral di media sosial beberapa waktu terakhir.
Lindswell mengungkapkan kekecewaannya terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak adil dalam memperhatikan semua cabang olahraga, terutama yang dianggap kurang populer seperti wushu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia membandingkan apresiasi mewah berupa jam tangan Rolex dari Presiden Prabowo Subianto kepada Timnas Indonesia, dengan minimnya perhatian terhadap atlet wushu junior yang justru dipulangkan dari pelatnas karena alasan efisiensi.
“Kami sudah melakukan pelatnas tahap awal untuk wushu junior sejak November 2024 hingga April 2025. Saat ini, pelatnas difokuskan pada Asian Youth Games 2025 di Bahrain. Namun, wushu tidak termasuk dalam cabang olahraga yang dipertandingkan di ajang tersebut,” jelas Menpora Dito dalam konferensi pers, Selasa (10/6/2025).
Menurut Dito, pelatnas wushu junior akan dilanjutkan kembali setelah Asian Youth Games berakhir. Program pelatihan akan difokuskan untuk persiapan menuju Youth Olympic Games 2026 yang akan digelar pada November.
“Masih ada jeda waktu satu tahun setelah Asian Youth Games, jadi pelatnas akan kembali dimulai pasca-ajang tersebut dan berjalan hingga menuju Youth Olympic,” ujarnya.
Menanggapi isu ketimpangan anggaran, Dito menegaskan bahwa perhatian Presiden terhadap dunia olahraga sangat tinggi. Ia menyebut pemberian jam tangan mewah kepada Timnas Indonesia merupakan bentuk apresiasi atas capaian luar biasa skuad Garuda yang selangkah lagi menuju Piala Dunia 2026.
Sebelumnya, Lindswell dalam unggahannya menyoroti ketimpangan dana yang diberikan kepada cabang olahraga. Ia mencontohkan, PSSI mendapat hampir Rp200 miliar, sedangkan cabor lain hanya menerima antara Rp10 hingga Rp30 miliar. Ia menekankan bahwa kritiknya bukan ditujukan kepada cabang olahraga lain, tetapi pada sistem yang dinilainya belum adil.
“Semua atlet seharusnya mendapat perlakuan yang setara. Ini bukan tentang cabor mana yang lebih unggul, tapi tentang keadilan bagi semua atlet yang mengharumkan nama bangsa,” tulis Lindswell dalam unggahan di media sosial.
Lindswell juga mengungkapkan bahwa para atlet wushu junior telah menjalani latihan intensif selama delapan bulan di pelatnas, namun tiba-tiba dipulangkan dengan alasan efisiensi anggaran.
Polemik ini memunculkan kembali perbincangan tentang perlakuan berbeda terhadap cabang olahraga di Indonesia, dan menjadi refleksi atas sistem pembinaan olahraga nasional yang dinilai masih perlu banyak perbaikan.
(may).