JAKARTA, ifakta.co – Ketegangan geopolitik meningkat tajam setelah Israel melancarkan serangan ke sejumlah fasilitas penting di Iran, termasuk infrastruktur nuklir. Serangan ini langsung memicu kekhawatiran global dan mengguncang pasar saham dunia.
Investor bereaksi panik di berbagai bursa global. Aksi jual masif terjadi pada sektor-sektor sensitif terhadap ketidakstabilan kawasan, seperti energi, industri, dan penerbangan. Indeks utama seperti Dow Jones, FTSE, dan Nikkei mengalami pelemahan signifikan dalam perdagangan intraday.
Di dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok lebih dari 1,5% pada sesi pagi, sebelum akhirnya ditutup melemah 0,9%. Saham sektor manufaktur dan transportasi menjadi yang paling terpukul. PT Garuda Indonesia (GIAA) dan PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) tercatat merosot lebih dari 3%.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, tidak semua saham tertekan. Beberapa emiten energi justru melonjak akibat sentimen positif dari lonjakan harga minyak dunia. Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Elnusa Tbk (ELSA) masing-masing naik 5,2% dan 4,8%, seiring harga minyak dunia yang menembus US$90 per barel karena kekhawatiran terganggunya pasokan dari Timur Tengah.
Sektor pertahanan dan teknologi militer global juga mengalami penguatan. Saham perusahaan seperti Lockheed Martin dan Northrop Grumman di bursa AS mencatat lonjakan tajam, mengikuti ekspektasi meningkatnya belanja militer dari sejumlah negara.
Menurut analis pasar dari BNI Sekuritas, Arif Santosa, ketidakpastian geopolitik masih akan membayangi pasar.
“Pelaku pasar saat ini menghindari risiko. Selama ketegangan belum mereda, volatilitas masih akan tinggi, terutama di komoditas energi dan pasar negara berkembang,” ujarnya.
Sementara itu, sebagian investor melihat peluang di tengah krisis.
“Kondisi seperti ini bisa dimanfaatkan untuk masuk ke saham-saham komoditas atau energi yang memiliki prospek jangka pendek positif akibat lonjakan harga minyak,” kata Mira Wijaya, pengamat pasar dari Mandiri Investasi.
Saat ini, pelaku pasar menanti sikap komunitas internasional, termasuk kemungkinan sanksi baru dan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB yang berpotensi memperkuat tekanan terhadap pasar global.
(Jojo)