BOGOR, ifakta.co – Aksi kekerasan atau premanisme di Jawa Barat marak terjadi beberapa waktu belakangan sangat jelas menunjukkan lemahnya pengawasan pihak Kepolisian.
Dalam sepekan ini saja, terungkap “Pak Ogah” atau pengatur jalan tak resmi berinisial D, R, dan J setelah melakukan pengeroyokan terhadap pria dan wanita pasangan suami istri (Pasutri).
Insiden yang melibatkan Pasutri dan Pak Ogah tersebut terjadi di jalur alternatif Puncak, tepatnya Tanjakan Cihanjawar, Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (22/12/2024) lalu, pukul 15.43 WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini membuat masyarakat pun resah, sehingga mempertanyakan kinerja Kepolisian.
“Lambatnya kinerja kepolisian diduga menjadi salah satu penyebab maraknya aksi premanisme ini,” ujar sumber kepada ifakta.co, Minggu (29/12).
Sumber menilai polisi gagal dalam menciptakan rasa aman, dan nyaman, kepada masyarakat terlebih di zona wisata.
“Gimana mau aman dan nyaman coba jika kepolisian aja nggak ada di lokasi-lokasi rawan, yang ada malah pak ogah sama polisi tidur,” kritik sumber.
Sumber membeberkan, jika di hubungi pihak kepolisian datangnya lama sekali.
“Setelah jatuh korban, polisi baru muncul,” ucap sumber dengan nada kesal.
Dia pun meminta agar Kepolisian dan Pemerintah melakukan upayah ekstra mengatasi masalah premanisme yang banyak meresahkan masyarakat.
Kronologis Pak Ogah Keroyok Pasutri
Sebelumnya, kekerasan tersebut dialami oleh IH (34) dan istrinya yang sedang mengandung 8 minggu, berinisial V. Mereka terlibat cekcok dengan J (20), D (25) dan R (25).
Kejadian tersebut berawal ketika ada mobil yang jeblos di jalur sebelah kiri di Jalan Alternatif Puncak. Melihat adanya mobil yang jeblos, sejumlah orang pun langsung mengerumuninya.
“Ketika saya melintasi jalur alternatif, di jalur sebelah kiri ada mobil Innova yang sedang terperosok keparit. Lalu, seorang yang berada di depan melambaikan tangan dengan maksud meminta saya untuk mendahului mobil Innova tersebut,” kata IH (34) dalam unggahan TVOne.
Melihat pria tua itu tersenggol spion mobil, orang-orang di lokasi pun menggebrak-gebrak mobil tersebut.
Tak cuma digebrak, mobil tersebut juga terdengar dipukul meski sudah melewati pria tersebut.
“Tanpa di sengaja, seorang berbaju coklat terkena spion mobil saya. Kemudian, ada diantara mereka yang memukul kaca bagian belakang. Lantaran saya melihat tidak ada luka, saya melanjutkan perjalanan,” terang IH.
“Entah apa masalahnya.? Ada sekelompok orang yang mengejar mobil saya hingga memberhentikan. Lalu, pria berbaju merah dengan nada teriak menggunakan bahasa Sunda memaki-maki saya dan istri. Sontak, istri saya turun dari mobil, disitu istri saya mendapati perlakuan tidak pantas. Rambut istri saya di tarik dan tanganya di pukul. Saya pun terkena pukulan di bagian mata sebelah kanan,” ungkap IH.
Diketahui, stres berat yang dialami V membuat kondisinya semakin memburuk atas insiden tersebut. Ia di diagnosis berpotensi mengalami keguguran.
Hal ini membuat Pasutri tersebut memutuskan untuk melanjutkan kasus ini ke jalur hukum, meski sebelumnya sempat berdamai dengan para pelaku.
Menanggapi kasus tersebut, Kasie Humas Polres Bogor angkat bicara. “Saat ini Kami telah mengamankan para pelaku, dan dari hasil pemeriksaan dokter terhadap istri korban. Kami membenarkan adanya indikasi keguguran akibat stres lantaran kejadian tersebut,” jelas Iptu Desi Triana dalam keterangannya.
Sweeping Premanisme di Puncak
Sebagai informasi, Kapolri Jenderal Listyo Sigit langsung menginstruksikan sweeping atau pembersihan di jalan alternatif Puncak, Bogor, Jawa Barat, dari aksi premanisme.
Perintah ini menyusul maraknya aksi pemalakan sampai kekerasan pada wisatawan yang berkunjung di kawasan Puncak.
Selain itu, Kapolri juga meminta personel meningkatkan kewaspadaan dan memastikan kelancaran arus lalu lintas, khususnya jalur-jalur yang menuju destinasi wisata selama periode libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.