Harga CPO Apakah Bisa Bangkit Atau Kian Terjepit?

- Jurnalis

Selasa, 12 November 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seorang petani kelapa sawit sedang bekerja (Foto Ilustrasi: istimewa)

Seorang petani kelapa sawit sedang bekerja (Foto Ilustrasi: istimewa)

JAKARTA, ifakta.co – Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) turun pada perdagangan akhir pekan lalu. Sepanjang minggu, harga CPO pun layu.

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), CPO masih bertahan di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 60,73. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Akan tetapi, investor tetap perlu waspada karena indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 82,87. Sudah di atas 80, yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).

Dengan demikian, harga CPO rasanya masih akan dihantui risiko koreksi. Cermati pivot point di MYR 4.249/ton. Sebab jika tertembus, maka target MYR 4.242/ton yang merupakan Moving Average (MA) 5 bisa terkonfirmasi.

Pada Jumat (18/10/2024), harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman Januari 2025 ditutup di MYR 4.257/ton. Turun 0,49% dibandingkan hari sebelumnya.

Baca juga :  Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Diperkirakan akan Menunjukkan Keperkasaan

Pekan lalu, harga CPO terpangkas 2,14% secara point-to-point. Ini menjadi koreksi mingguan pertama setelah harga naik 4 pekan beruntun.

Koreksi harga minyak nabati lainnya menyeret CPO ke zona merah. Akhir pekan lalu, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) turun 0,46%. Sementara di Chicago Board of Trade (Amerika Serikat/AS) terpangkas 0,45%.

Jika harga minyak nabati pesaing makin murah, maka insentif untuk menggunakan CPO akan berkurang. Sebab, berbagai komoditas ini memang bisa saling menggantikan. Sedangkan harga minyak biji bunga matahari anjlok 1,13%,

Baca juga :  Pj. Wali Kota Bekasi Luncurkan Ekspor Perdana Produk IKM ke Jepang Dan New Zealand

Selain itu, faktor ambil untung (profit taking) juga menjadi penyumbang koreksi harga CPO. Maklum, harga komoditas ini memang mengalami reli panjang.

Buktinya, meski pekan lalu turun tetapi harga CPO masih membukukan kenaikan 9,74% dalam sebulan terakhir. Oleh karena itu, keuntungan yang bisa diraup memang tidak main-main, hampir 10%.

(Jo/jo)

Berita Terkait

MA Tolak Permohonan Kasasi, Sritex Tetap Pailit
PKK Palmerah Budidaya Ikan Nila di Taman Edukasi, Sekali Panen Dapat 16 Kilogram
Menpar Sampaikan Kesiapan Sektor Pariwisata Hadapi Libur Nataru
Literasi dan Pameran Perdagangan Emas Fisik Dengan Sistem Digitalisasi
Polres Nganjuk Gerebek Tiga Lokasi Diduga Arena Sabung Ayam
Gelar Dialog Bersama Kowantara, Babeh Haikal Berikan Sejumlah Masukan
Wamenekraf Apresiasi Markplus Conference Turut Bantu Perkuat Sektor Ekonomi Kreatif.Wamenekraf Apresiasi
KKN di RPTRA Kembangan, Mahasiswa UBL Ajarkan Penggunan Marketplace dan E-commerce

Berita Terkait

Minggu, 22 Desember 2024 - 08:54 WIB

MA Tolak Permohonan Kasasi, Sritex Tetap Pailit

Selasa, 17 Desember 2024 - 18:38 WIB

PKK Palmerah Budidaya Ikan Nila di Taman Edukasi, Sekali Panen Dapat 16 Kilogram

Selasa, 17 Desember 2024 - 17:35 WIB

Menpar Sampaikan Kesiapan Sektor Pariwisata Hadapi Libur Nataru

Sabtu, 14 Desember 2024 - 15:25 WIB

Literasi dan Pameran Perdagangan Emas Fisik Dengan Sistem Digitalisasi

Selasa, 10 Desember 2024 - 11:28 WIB

Polres Nganjuk Gerebek Tiga Lokasi Diduga Arena Sabung Ayam

Berita Terbaru

Putusan kasasi PT Sri Rejeki Isman yang emiten berkode SRIL atau Sritex ditolak Mahkamah Agung. (Foto: Dok.Sritex)

Ekonomi & Bisnis

MA Tolak Permohonan Kasasi, Sritex Tetap Pailit

Minggu, 22 Des 2024 - 08:54 WIB