JAKARTA, ifakta.co – Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) turun pada perdagangan akhir pekan lalu. Sepanjang minggu, harga CPO pun layu.
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), CPO masih bertahan di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 60,73. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Akan tetapi, investor tetap perlu waspada karena indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 82,87. Sudah di atas 80, yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan demikian, harga CPO rasanya masih akan dihantui risiko koreksi. Cermati pivot point di MYR 4.249/ton. Sebab jika tertembus, maka target MYR 4.242/ton yang merupakan Moving Average (MA) 5 bisa terkonfirmasi.
Pada Jumat (18/10/2024), harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman Januari 2025 ditutup di MYR 4.257/ton. Turun 0,49% dibandingkan hari sebelumnya.
Pekan lalu, harga CPO terpangkas 2,14% secara point-to-point. Ini menjadi koreksi mingguan pertama setelah harga naik 4 pekan beruntun.
Koreksi harga minyak nabati lainnya menyeret CPO ke zona merah. Akhir pekan lalu, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) turun 0,46%. Sementara di Chicago Board of Trade (Amerika Serikat/AS) terpangkas 0,45%.
Jika harga minyak nabati pesaing makin murah, maka insentif untuk menggunakan CPO akan berkurang. Sebab, berbagai komoditas ini memang bisa saling menggantikan. Sedangkan harga minyak biji bunga matahari anjlok 1,13%,
Selain itu, faktor ambil untung (profit taking) juga menjadi penyumbang koreksi harga CPO. Maklum, harga komoditas ini memang mengalami reli panjang.
Buktinya, meski pekan lalu turun tetapi harga CPO masih membukukan kenaikan 9,74% dalam sebulan terakhir. Oleh karena itu, keuntungan yang bisa diraup memang tidak main-main, hampir 10%.
(Jo/jo)