JAKARTA, ifakta.co – Komunitas Indonesia International Fashion Art & UKM (KADIIFA) sukses menggelar acara bergengsi Grand Final Ajang Putra Putri Tenun Songket Indonesia (PPTSI) 2024 ke-5 tahun, di Golden Ballroom The Sultan Hotel & Residence Jakarta.
Dalam lomba tersebut, ditampilkan sejumlah kategori dengan menghadirkan anak-anak muda mewakili hampir seluruh daerah di Indonesia.
Adapun, ajang ini juga melahirkan banyak putera-puteri berbakat, sehingga menjadikan momentum penting bagi pengembangan dan pelestarian warisan budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam sambutannya, Chair Person of Komunitas Indonesia Internasional Fashion Art dan UKM (KADIIFA), yang juga Founder PPTSI, Prof. Anna Mariana menyampaikan bahwa pihaknya sangat berbahagia, karena rekan-rekan media hadir di tengah-tengah kegiatan ini untuk memberikan dukungan spirit secara moril maupun dukungan yang selalu diberikan dari hari pertama pembukaan Putra Putri Tenun dan Songket Indonesia 2024.
“Di tempat ini, penerimaan putra putri tenun dan songket Indonesia 2024 yang sudah genap hampir 5 hari karantina dan malam ini adalah puncak acara Grand Final Putra Putri Tenun dan Songket Indonesia 2024 serta bertepatan pada hari ini kita memperingati Hari Tenun Nasional,” ujar Prof. Anna Mariana saat Conference Pers pada Sabtu, (7/9/2024) malam.
Anna mengatakan bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan ini untuk terus bisa melahirkan putra putri yang memahami sejarah dan budaya bangsanya yaitu Sastra Tenun Indonesia.
Selain itu, masing-masing daerah mempunyai ciri khas yang berbalut kain tenun dan songket.
Menurut Ana, selain dari pada busana adat, sekarang ini sudah menjadi tren fashion mode dan juga digunakan untuk produk-produk lain yang berbasis tenun dan songket.
“Sayang sekali kalau tidak sedari sekarang kita mendorong anak-anak generasi muda memahami mencintai dan juga bangga. Kita punya tantangan punya pr yang besar untuk menjaga tradisi ini, Jangan sampai punah ya,” jelasnya.
Ana mengaku, bahwa di zaman sekarang ini maraknya brand luar yang membanjiri Indonesia dan juga harus disadari karena generasi muda sekarang ini sudah mulai banyak menggandrungi produk-produk luar negeri.
“Kalau tidak kita dorong terus rasa kecintaan, kebanggaannya menggunakan busana-busana dalam mengenal busana tetangga, kita pasti akan kehilangan tentunya dan akan kita gunakan ini untuk tujuan yang utama,” sebutnya.
“Tapi kalau kita kembalikan, kita dorong ke program pemerintah yang menjadi program pemerintah yaitu kurikulum kita kembalikan sejarah dan budaya ini ke tingkat sekolah dasar maupun sampai perguruan tinggi agar semua lebih lebih maksimal. Anak-anak muda kita lebih luas lagi dari sekolah diperkenalkan maka akan memperoleh hasil yang akan lebih baik lagi tentunya,” sambungnya.
Sebagai informasi, kegiatan ini dimaksudkan untuk memilih putra putri terbaik Indonesia yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, terutama yang juga berkaitan dengan pembuatan sejarah tenun dan songket baru sekaligus pelestariannya.
Tujuannya, untuk tumbuh kembangnya kecintaan terhadap wastra nusantara terutama tenun dan songket. Di mata generasi muda Indonesia yang pada gilirannya diharapkan menjadi ‘agent of change’ (agen perubahan) dan ‘agent of develepment’ (agen pembangunan) dalam membangun masa depan Indonesia yang memanfaatkan potensi dan kekayaan wastra Indonesia.
Ana menambahkan, disamping dirinya mendorong regulasi pemerintah juga terhadap hak cipta, motif-motif yang berkembang dari Sabang sampai Merauke dari jaman leluhur kita dahulu para raja dan sultan sampai dengan saat ini masih begitu banyak motif-motif yang belum diselamatkan atau diberikan payung hukum yaitu berupa hak cipta.
“Ini peran kita mendorong pemerintah daerah, kalau kita tidak mendorong pemerintah untuk membantu pengrajin-pengrajin yang mengembangkan motif-motif di setiap daerah, maka akan juga gelar yang mungkin terus akan diklaim oleh negara-negara lain,” tutupnya.