Perjalanan sejarah keberadaan Kabupaten Berbek menjadi cikal bakal Kabupaten Nganjuk sekarang ini. Dikatakan cikal bakal karena ternyata alur Sejarah Kabupaten Nganjuk berangkat dari keberadaan Kabupaten Berbek dibawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo (I). Kapan tepatnya daerah Berbek mulai menjadi suatu daerah yang berstatus kabupaten, kiranya masih sulit diungkapkan.
Namun dari silsilah keluarga dan catatan: Peninggalan Kepurbakalaan Kabupaten Nganjuk tulisan Drs. Subandi, dapat diketahui bahwa Bupati Berbek yang pertama adalah KRT. Sosrokoesoemo (I) (terkenal dangan sebutan Kanjeng Jimat). Pada masa pemerintahannya dapat dicermati dari sebuah bangunan masjid yang bercorak hinduistis yang bernama Masjid Yoni Al Mubaarok. Terdapat sengkalan huruf arab berbahasa jawa yang berbunyi :
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
- Bagian depan : Ratu Pandito Tata Terus (1759 AJ)
- Bagian Bawah : Ratu Nitih Buto Murti (1758 AJ)
- Kanan/kiri : Ratu Pandito Tata Terus (1759 AJ)
- Belakang : Ratu Pandito Tata Terus (1759 AJ)
Mendekati tahun 1811, Sultan HB II dari Kesultanan Yogyakarta memecah Kabupaten Berbek menjadi 2 (dua), yaitu Kabupaten Berbek dan Kabupaten Godean. Sebagai Bupati Godean adalah Raden Mas Toemenggoeng Sosronegoro II (putra dari Bupati Kanjeng Jimat).
Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo (I) : Menurut Akte No. La A No 1 Tanggal 31 Agustus 1830 Komisaris Daerah-daerah Keraton yang telah diambil alih oleh Residensi Kediri, yang ditandatangani di Semarang oleh Van Lawick Van Pabst, dalam akte kolektif ini ditetapkan personalia pejabat-pejabat Kabupaten yang lain, seperti Patih, Mantrie, Jaksa, Mantri Wedono / Kepala Distrik, Mantri Res dan Penghoeloe.
Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo. Setelah KRT Sosrokoesoemo meninggal dunia, sebagai penggantinya adalah Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo, beliau merupakan adik dari KRT. Sosrokoesoemo (I) serta memerintah pada tahun 1832 sampai 1843.
Pada masa pemerintahannya meletus perlawanan Kiai Panoppo Ngliman Guru Agung keturunan Kiai Ageng Ngliman seorang keturunan Sunan Giri. Pemerintah yang terdiri dari orang Eropa itu tidak sadar akan hak prerogatif Desa Ngliman sebagai perdikan yang bebas pajak, dan setuju saja ketika bupati membebankan pajak yang berat kepada mereka setelah daerah itu diambil alih oleh Belanda.
Raden Toemenggoeng Ario Koesoemoadinoto. Beliau sebelumnya merupakan Bupati Trenggalek yang dipilih sebagai Bupati Berbek menggantikan RT. Sosrodirdjo. Pengangkatan ini menurut Besluit No 5 tanggal 18 Januari 1844. Pada bulan April 1844, RT Ario Koesoemoadinoto menjadi Bupati Besuki menggantikan ayahnya yang wafat.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya